Malam Istimewa di Akhir Tahun 2015. 28


“Mba, saya mau check in atas nama Nur Al Marwah Asrul, undangan ICRC”. Saya baru saja tiba di Hotel Ambhara Jakarta. Rasanya sedikit mual, taxi  yang saya tumpangi tadi tidak nyaman. Pengharum mobil yang sangat menyengat membuat saya mabuk perjalanan.

“Oh iya, saya check dulu. Hmm… Check in nya jam 2 siang nanti yah, Mba Nur bisa menunggu di lobby dulu.”
Yah, Mba, gak bisa sekarang Mba? bentar lagi jam 2 kok Mba”  saya menggerutu, minta kebijakan bisa masuk kamar segera.

“Masih lama Mba, masih sempat makan siang dulu.”  Wanita di balik meja resepsionis menjawab sinis sambil sibuk dengan berkas-berkas dihadapannya.

“Jam tangan saya 5 menit lagi jam 2 Mba”
“Mba Nur, sekarang masih jam 12 Mba, baru mau jam 1”

Duh ! saya lupa, ada perbedaan waktu.  Segera saja mengambil tas lalu mencari colokan dan kursi kosong disampingnya.  Lobby hotel sedang ramai hari itu, beruntung dapat satu sofa empuk dengan colokan disampingnya. Saya keluarkan laptop, mengerjakan tugas yang tak kunjung usai.

Desember 2015, dipenghujung tahun saya kembali lagi ke Jakarta untuk menghadiri Malam Penganugerahan ICRC Blog Competition Award 2015 di Hotel Ambhara Jakarta. Hotel yang terletak beberapa meter dari Kantor ICRC menjadi tempat bertemunya para pemenang kompetisi blog ICRC.

***

ICRC (International Committee of Red Cross) merupakan Komite Internasional Palang Merah yang telah didirikan sejak perang dunia kedua. Setelah 150 abad telah dilakukan berbagai usaha untuk mewujudkan perdamaian. Konflik bersenjata masih saja menjadi berita hangat di media. Di beberapa belahan dunia, penggunaan senjata tetap menjadi cara dalam menyelesaikan perbedaan antarkelompok etnis atau antaragama. Dampaknya, banyak kematian dan penderitaan.

ICRC memastikan perlindungan dan bantuan bagi korban konflik dan pergolakan bersenjata. Mereka melakukannya melalui aksi kemanusiaan langsung di lapangan, di seluruh dunia. Hingga saat ini ICRC telah mempunyai delegasi dan misi di sekitar 80 negara. (tentang ICRC).

Di Indonesia, ICRC sudah bekerja sejak tahun 1942. Konflik peperangan antara Jepang-Belanda-Indonesia menimbulkan banyak korban. Sejak masa itu, ICRC terus hadir memberikan bantuan kemanusiaan termasuk obat-obatan melalui PMI.  Tahun ini, tepat berumur 70 Tahun ICRC Indonesia. Dalam rangka #70thICRCId, diadakanlah kompetisi blog dengan tema : Nilai-nilai Keagamaan dan Aksi Kemanusiaan.

Saya mendapatkan info tentang lomba ini dari grup kelas menulis yang saya ikuti, Kelas Menulis Kepo. Kompetisi blog yang diperuntukan bagi pemuda-pemudi berumur 15-30 tahun se-Indonesia.  Hadiahnya menggiurkan, Iseng-iseng serius dikit, rasanya saya ingin mengikuti lomba ini. Batas akhir kompetisi ini tanggal 15 Oktober 2015 -kebetulan- bertepatan dengan ujian  Kelas Menulis Kepo. Bentuk ujiannya sederhana, setor tulisan dan akan dibahas bersama-sama. Tepat di detik-detik terakhir, tulisan yang berjudul Kolaborasi Demi Kemanusiaan pun selesai. Tulisan ini yang saya ikutkan dalam lomba ICRC sekaligus sebagai tulisan untuk ujian Kelas Menulis Kepo.

Di akhir bulan Oktober, ujian Kelas Menulis Kepo pun dilaksanakan. Tulisan yang saya setor mendapatkan banyak kritikan dan beberapa guru tampak kecewa, sejujurnya saya pun merasa kurang puas dengan tulisan ini. Dikerjakan tanpa riset, wawancara yang kurang, dan pembahasan yang terlalu luas. Pun dikerjakannya tanpa membuat outline terlebih dahulu. Hasilnya? Tulisan ini dapat nilai kisaran 60. Haha

Satu bulan telah berlalu, saya tidak berharap banyak dalam lomba ICRC. Hingga awal Desember, tepatnya tanggal 2 Desember 2015. Keluarlah pengumuman pemenang Lomba ICRC. Sedikit tidak percaya nama saya termasuk dalam enam pemenang yang dipilih oleh juri.

***

Setelah rehat sejenak, pukul 18.30 WIB saya menuju Ruangan Elang, Hotel Ambhara Jakarta, sebagai tempat berlangsungnya acara Malam Penganungerahan ICRC Blog Competition Award 2015. Ruangan sudah ramai, enam meja bundar telah diisi oleh pengunjung. Saya mengambil tempat duduk bersama enam pemenang lainnya di meja tengah : Arnita dari Yogyakarta, Dafid dan Monika dari Jakarta, Farah dari Kebumen, dan Ilham dari Bogor tetapi setelah berkenalan, ternyata dia berasal dari Pinrang. Ketemu teman sekampung 😀

Malam penganugrahan ini dimulai dengan sambutan dari Penasehat Regional ICRC urusan Kemanusiaan, Andrew Bartless Smith. Lelaki asal Inggris dengan fasih memberi sambutan dalam Bahasa Indonesia. “Kompetisi ini bertujuan menyebarkan nilai kemanusiaan kepada seluruh dunia, dengan mengedepankan Religious values and humanitarian action.”  Setelah Mr. Andrew Bartless Smith bercerita banyak tentang ICRC, dilanjutkan dengan penampilan dari Sindikat Musik Penghuni Bumi (Simponi).

Saya belum pernah mendengar mereka sebelumnya. Ada dua lagu yang mereka nyanyikan, lagu pertama saya tidak menyimak dengan baik, terlalu asik mengobrol dengan kawan baru, tapi sepenggal kalimat pembuka untuk lagu kedua membuat saya terdiam, menegadahkan kepala, menyaksikan mereka.

“Penyebab perang, konflik antar agama tengah terjadi,
Ada pihak yang memaksa kehendaknya kepada orang lain.
Padahal, Tuhan Maha Pemurah dan Pengasih.
Cintanya begitu besar, Surganya sangat luas,
Tidak usah rebutan, ngajak sana-sini masuk surga dengan kekerasan.
Karena surga milik orang baik.”

????

Sindikat Musik Penghuni Bumi dengan lagunya Berebut Surga

Lagu kedua dari Simponi berjudul Berebut Surga. Sindikat Musik Penghuni Bumi (Simponi) merupakan band yang dibentuk tahun 2010 dengan misi membawa pesan sosial disetiap lirik lagunya. Band ini juga memberikan pendidikan dengan menggabungkan diskusi interaktif dan musik yang disebut diskusi musical. Melalui sosial media, saya baru tahu, ternyata grup band ini telah banyak mengukir prestasi diantaranya : Juara 1 Sounds of Freedom (London, 2014), Juara 2 Fair Play (Belgia/Brazil, 2012), APEYF Korea Selatan (2011 & 2012), Rekor MURI RnGT (2011).

????

Penampilan mereka menarik perhatian saya. Suka!

Agenda selanjutanya tidak kalah menarik. Talk dari Irfan Amalee, CEO Mizan Apps Publisher berbicara seputar Creative Campaign for Social Changes.  Mas Irfan dengan rinci memaparkan perkembangan media saat ini. Berita hoax serta Hate web bertebaran banyak di dunia maya. Berita tentang kemanusiaan paling banyak dijual. Entah untuk tujuan baik-baik untuk umat atau untuk kepentingan segelintir orang. Media saat ini menjadi kendaraan dalam menggiring opini masyarakat.  Tahun 2015, hate web bisa mencapai 10.000 web. Konten kebencian terhadap suatu kelompok atau etnis menjadi bahan yang seksi untuk dibahas.

Mas Irfan juga membahas bagaimana sebuat blog / dunia maya dapat menimbulkan konflik kekerasan.
“Salah satu alasan lomba blog ini diadakan adalah untuk menyebarluaskan nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip kemanusiaan. Semakin banyak yang menulis, semakin banyak berita baik yang tersebar. Konten yang buruk dapat menjadi bahan memprovokasi kelompok-kelompok. Jika kelewatan, perang bisa saja terjadi.”

Saya memanggut-manggut menyimak pembahasan seputar creative campaign. Satu jam tidak terasa sudah dilewati dan berlanjut ke agenda berikutnya.

Agenda terakhir malam itu adalah pengumuman pemenang.  Dalam Lomba ini terdapat lima juri, Fahd Pahdipie / Fahd djibran sebagai ketua juri, Amalia Fauzia (peneliti), J. Heru Margianto (jurnalis), Sabeth Abilawa (humanitarian activist) dan ICRC.

“Peserta yang mengikuti kompetisi ini sangat banyak, setelah disaring, terdapat 80 blog yang akan dinilai, banyak aspek yang kami perhatikan, beberapa blog ada yang pembahasannya terlalu jauh dari topic, ada juga yang membuat blog dan postinganya hanya satu, kentara blog itu diperuntukkan hanya untuk lomba. Ada juga peserta yang interaksinya hanya dia dengan komentar menggunakan nama-nama yang berbeda, atau kami menemukan ada yang plagiat dalam tulisannya.  Mereka semua gugur dalam penilaian. Selamat !” Panitia ICRC menceritakan sedikit seputar penilaian tulisan.

????

Terima Kasih ICRC Indonesia! Selamat 70 Tahun!

Kami, enam orang dengan latar belakang yang jauh dari humanitarian. Tiga orang dengan dari akuntasi, ekonomi, satu dari pertanahan, saya biomedik, yang lain lulusan SMA. Selesai menerima piala, kami saling bertukar cerita seputar blogging. Arnita bercerita tentang proses menulisnya. Awalnya merasa cukup sulit dalam menentukan mau menulis apa,  dia pun mendapatkan ide dari salah satu ayat Al-Qur’an, Al-Baqarah ayat 30. Berawal dari ayat tersebut, dikembangkannya menjadi sebuah tulisan. Untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam ayat tersebut, Arnita melakukan riset. Tulisannya mendapat nilai tertinggi diantara kami. Arnita, mahasiswa akuntansi semester akhir yang sedang membutuhkan biaya tinggi untuk skripsinya. Ia merasa sangat bersyukur masalahnya terselesaikan dengan baik. Rezeki memang sudah diatur kawan 😀 !

Sebelum acara berakhir, panitia, Mas Nas,  mengumpulkan kami.  Memberikan sertifikat dan sebuah amplop rezeki dari Tuhan melalui perantara ICRC. Kami berbincang ringan dengan Mas Nas,  ” Ada pesan khusus untuk Nur Al Marwah Asrul, salah satu juri, ibu Amalia Fauzia menyukai tulisannya, dia adalah peneliti dan dosen di NUS, National University of Singapore dan mengajak kuliah disana, Nunu kontak saja beliau ya.” Saya tersentak, dalam hati saya sedikit deg-degan, bidang yang saya geluti jauh berbeda dengan Ibu Amalia . Jika memang rezeki, Insya Allah lancar jaya. Sekali lagi, Rezeki memang sudah diatur kawan !

Selang beberapa menit, Simponi tampil lagi dengan lagu berjudul Vonis, kali ini ditemani Irfanul hakim, seorang beatbox.

“Kita mengaku
Bertanah air satu
Tanah air tanpa korupsi
Kita mengaku
Berbangsa satu
Bangsa yang lestari
Kita mengaku
Berbahasa satu
Bahasa tanpa kekerasan”

Lagu terakhir dari Simponi menutup acara malam itu. Sebelum pulang, Mr. Andrew menghampiri kami untuk berpamitan “Selamat, saya suka tulisan kalian!”.

Ini lomba pertama yang saya ikuti ditingkat nasional.  Keisengan yang diseriusin dikit ternyata ada hasilnya, tiba-tiba saya teringat sebuah pesan tentang tulisan : Setiap tulisan ada pembacanya. Tulisan yang mendapat nilai 60 pada ujian Kelas menulis Kepo itu ternyata menarik hati dewan juri. Pesan untuk semua blogger pemula seperti saya : jangan pernah merasa minder dengan tulisan yang terbitkan. Kita tidak pernah tahu, mungkin saja diluar sana ada yang terinspirasi oleh tulisan sederhana kita.

Terima kasih ICRC! Terima kasih Kelas Menulis Kepo !


About Nunu Asrul

Dream Catcher | Pengamat Purnama & Bintang | Pengumpul Buku & Mainan | Penikmat Ice cream | Pengisi Blog | Penjelajah Alam | Biomedic-Physiologist |Mastoideus | @SigiMks | Soulmaks Creative | 1000Guru Makassar

Leave a Reply to Nunu Asrul Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

28 thoughts on “Malam Istimewa di Akhir Tahun 2015.