Lebaran Pakai Baju Putih

5 Cerita Tentang Pakai Baju Putih 9


Karena putih bukan sekadar putih.

Saya menyukai warna putih. Putih, sebuah cahaya polikromatik. Cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Cahaya yang ketika terdispersi akan menunjukkn warna-warna lain. Lihat saja pelangi, cahaya yang berwarna putih terbias di udara dan menghasilkan banyak warna.  Cantikkan!

Saya juga senang melihat orang yang berbaju putih. Pakai baju putih dapat dipasangkan dengan segala rok atau celana, sepatu atau sendal, tas ransel atau selempangan, jilbab atau topi, gelang atau kalung, atau pernak-pernik lainnya dengan warna apapun. Putih pas dengan segala warna, karena dasarnya ia adalah banyak warna.

Banyak makna dari warna putih. Putih menunjukkan spiritualitas dan pencapaian diri. Lihat saja pakaian yang dikenakan oleh jamaah yang sedang umroh ataupun haji, baju ihram mereka dominan putih. Memberi kesan bersih.

Putih juga menunjukkan kedamaian juga keamanan. Saya teringat akan salah satu kartun favorit masa kecil, Tom & Jerry. Ketika Tom menyerah dengan tingkah laku dari Jerry, kucing yang memiliki banyak nyawa itu akan mengibarkan bendera putih tanda menyerahkan diri dan memilih berdamai dengan Jerry.  Putih, sebuah simbol sakral untuk perlindungan diri dari kenangan masa lalu.

Tanggal 12 Desember lalu, saya mengenakan baju kaos berwarna putih. Bukan sekedar asal pilih baju dari lemari atau karena jemuran yang belum kering. Tapi ada cerita dibalik baju putih itu. Setelah mengingat-ingat kembali, ternyata banyak moment yang saya gunakan dengan baju berwarna putih. Berikut ada 5 cerita drama saya dengan baju berwarna putih.

  1. Dresscode merah putih

Cerita pertama ini sedikit penuh drama dan gak penting. Malam itu, saya sedang di salah satu café di Makassar. Duduk cantik sambil mencicipi 6 atau 8 chicken wings dan seruput lemon tea. saya juga berselanjar di dunia maya. Gonta-ganti aplikasi instagram, facebook, twitter, path, line, whatsapp, pinterest, blogwalking sana-sini, stalking akun orang, chat sama siapapun. Kosong banget yak!  Tiba-tiba dalam grup aplikasi Line Kepo Initiative (tentang kepo baca : kelaskepo.org ), salah seorang teman bertanya yang kemudian menjadi percakapan panjang dengan penuh drama. Percakapan ini oleh lima orang yang disimak oleh belasan orang.  Saya bercakap dengan Daeng Ipul, Lelaki Bugis, kak Iyan, Kak Dokter Kiwa. Mereka termasuk orang hebat, tempat saya belajar blog dan kehidupan, (klik namanya untuk mengenal mereka lebih jauh). Berikut pembicaraan kami dalam grup itu :

Kak Kiwa : Di mana besok?
Nunu : Ada apa besok?
Daeng Ipul : Nunu tidak menyimak! Ish! Banned!
LelakiBugis : Padahal Nunu sudah makan malam
Nunu : *shock* saya tidak tahu, sudah scroll dan tidak menemukan apapun, ada apa dengan besok?
Daeng Ipul : Jangan kasih tahu Nunu !

Saya memperbaiki duduk, mulai gelisah dan kembali mencari informasi sambil mengunyah satu chicken wings. Dalam grup kami, setiap informasi penting biasanya disimpan dalam notes. Belakangan ini saya memang jarang menyimak setiap percakapan dalam grup.

Nunu     : Workshop dengan Komunitas LemINA tanggal 16, 23, dan 30. Besok tanggal 12, ada apa dengan besok?
Lelaki Bugis : Saya akan kasih tahu, kalau diajakka pi makan malam
Saya  : *kirim foto chicken wings*
Lelaki Bugis : Beh pamer makanan !
Daeng Ipul : Nunu ndak nyimak!
Saya : Besok ada apa? Saya gak diajak?
Iyan : Besok Senin dan tanggal merah
Saya : Jadi besok ketemuan?
Daeng ipul : koq ketemuan?
Lelaki Bugis : Nunu ndak nyimak!
Saya : Jadi apa yang dimaksud dengan pertanyaan kak Kiwa tadi?

Kebetulan esok itu tanggal 12 Desember dan tanggal merah karena memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Saya masih bingung dengan kegiatan yang dimaksud. Saya kembali lagi scrolling mencari informasi dari hari-hari sebelumnya dan mengambil lagi chicken wings.

Lelaki Bugis : Nunu sudah makan?
Saya : Sudah sih, tapi kayak ada yang kurang rasanya.
Lelaki Bugis : Kurang banyak ? ya sudah, besok ada undangan makan di Wong Solo Alauddin ruang VIP. Dresscode merah putih, dan jam 2.
Saya : Ha? Serius ? Dresscode merah putih?
Daeng Ipul : Maulid koq merah putih? Panitia yang aneh. Soal bawa telur itu, betulan yah? Di undanganku ada tentang bawa telur matang.
Saya : Jadi, besok pakai merah putih dan bawa telur?
Lelaki Bugis : Saya juga dikasih tahu begitu, katanya nanti dikumpulkan lalu dibagikan.
Daeng Ipul : Ndak usah diwarnai toh? Atau sekalian?
Saya : Telur dihiasi juga?
Iyan : Duhhh
Lelaki bugis : Diwarnai seperti telur maulid.
Saya : Haa, bagaimana cara diwarnainya? telur di rumah juga habis dan besok saya sudah keluar dari pagi.
Lelaki bugis : Duh, tahu gini ndak usah ajak Nunu !
Saya : Duh seriusan bawa telur?
Daeng Ipul : Auww

Saya mengernyitkan kening. Salah satu budaya di Indonesia dalam memperingati Maulid Nabi. Menariknya, telur menjadi salah satu simbol dalam perayaan ini. Akan banyak ditemukan telur matang yang berwarna-warni sudah dihiasi. Katanya, telur dalam Maulid Nabi memiliki arti : kulit telur berarti iman, putih telur berarti islam, dan kuning telur berarti ikhsan. Ada juga yang mengatakan kalau cangkangnya ibarat pertahanan iman, putihnya ibarat kesucian Rasulullah SAW, dan kuningnya adalah inti manusia yang harus dijaga agar suci.

Pembicaraan pun berakhir dan chicken wingsku juga sudah habis. Saya merapikan laptop, lalu segera pulang ke rumah, mencari baju kaos putih dan berniat membeli telur.

*Keesokan harinya*

Jam 7 pagi saya sudah rapi dan segera keluar rumah. Setelah segala urusan selesai, saya kembali ke rumah. Tiba di rumah, saya pun mulai membongkar lemari mencari baju putih. Setelah menemukan baju kaos putih, saya bergegas ke kamar mandi. Sambil mengguyurkan badan, saya tiba-tiba teringat sesuatu. Seperti mendapat ilham yang membuat saya terdiam sesaat. Saya teringat kalau saya sudah mandi tadi pagi. Dooh !

Sekitar jam 2 lewat saya tiba di RM. Ayam Wong Solo. Saya terlambat dikarenakan hujan, segera saja masuk dan mencari ruang VIP. Pintu ruangan terbuka, sedikit kaget dan tertawa sesaat. Dalam ruangan sudah ramai kawan-kawan dari komunitas Sobat Lemina duduk rapi mendengarkan Kak Iyan sharing tentang blog. Ini bukan acara perayaan Maulid Nabi, ini tentang workshop Kelas Menulis kami, Kepo Initiative dengan komunitas Sobat LemINA. Saya masuk pelan-pelan dalam ruangan. Tidak ada satupun telur hias dan saya satu-satunya yang berbaju putih.

pakai baju putih

Tim Kepo Initiative

  1. Baju putih dipakai saat lebaran.

Salah satu keseruan lebaran,baik lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha, adalah berkumpul dengan keluarga.  Lebaran Idul Adha pada tahun 2016 ini cukup spesial karena ibu dan adik saya berada di Makassar. Setelah 10 tahun saya lebaran jauh dari mereka, kali ini saya dapat mencium tangannya secara langsung. Karena moment spesial ini akhirnya kami sekeluarga memakai dresscode putih. Memakai baju berwarna putih sangat pas di hari Lebaran. Putih melambangkan kesucian, kebersihan. Sejalan dengan momen lebaran sebagai makna diri yang kembali fitrah.

Lebaran Pakai Baju Putih

Lebaran dengan memakai baju putih

  1. Baju putih digunakan saat ujian sidang.

Momen penting lainnya tentang menggunakan baju putih adalah ketika ujian sidang skripsi dan tesis. Di kampus tempat saya belajar, Universitas Hasanuddin, ketika ujian akhir memakai kemeja putih dan blazer hitam. (Baca tentang tips memilih blazer ).  Perpaduan yang sempurna. Pakaian hitam putih ini bukan sekedar kostum yang akan membedakan peserta ujian dengan teman kelas lainnya. Tetapi juga sebagai penanda akhir dari perjuangan dalam kampus.

pakai baju putih

Pakaian ketika ujian siding tesis.

  1. Baju laboratorium yang berwarna putih.

Sejak kecil saya suka terkagum-kagum dengan orang yang berjas putih. Baik terhadap dokter maupun peneliti. Entah kenapa, saya sangat menyukai orang berjas putih. Saya teringat, dulu sejak SD, saya senang pergi ke toko mainan. Selain membeli boneka, rumah-rumahan atau perabotan boneka Barbie, saya senang membeli beragam mainan aneh-aneh. Ketika mulai mengenal pelajaran biologi, saya ke toko mainan dan membeli mikroskop ala-ala lengkap dengan baju lab yang berwarna putih. Berlagak seolah-olah peneliti. Cita-cita kala itu adalah menjadi seorang professor. Dan hingga saat ini saya masih terkagum-kagum dengan orang yang mengenakan baju laboratorium berwarna putih dan jas dokter putih.

Tentang baju lab berwarna putih, saya menjadi teringat masa-masa penelitian yang menghabiskan waktu dalam laboratorium. Penelitian yang saya lakukan untuk skripsi dan tesis.

Pakai Baju Putih

Peneliti bukan ala-ala

  1. Baju putih ketika haul Lappallontang.

Ada satu momen yang saya ingat ketika menggunakan baju putih. Tapi ingatan itu samar-samar. Tentang haul 100 tahun Arung Bacukiki Lapallontang pada tahun 2010 M/1434 H di Kota Parepare. Kedua orang tua saya berasal dari Parepare. Nenek dan buyut saya pun dari Parepare. Katanya, neneknya nenek kami termasuk penguasa di Bacukiki, salah satu daerah di Kota Parepare.

Enam tahun yang lalu terdapat sebuah acara keluarga besar yang mengumpulkan keturunan dari Lapallontang. Wawasan saya tentang ini masih kurang.  Satu hal yang saya ingat adalah menggunakan baju putih dan kami mendapatkan sebuah gelang. Gelang ini menyerupai gelang milik jamaah Haji, yang dari besi dan dapat melingkar serta terdapat ukiran data jamaah. Gelang ini pun terdapat deretan angka yang menunjukkan posisi saya, urutan saya dalam keluarga. Gelang ini bukan peniggalan sejarah maupun benda sakral. Hanyalah gelang pengingat keluarga kami.

Pakai baju putih

Foto bersama sebagian keluarga kecil.

Itulah lima moment dengan pakaian baju putih. Ada ceritamu ketika memakai baju putih?  Share yuk !

“Tulisan diikutkan dalam #Tantangan5 #KMKepo kelaskepo.org sekaligus tugas workshop menulis Kepo In dengan komunitas Sobat Lemina”


About Nunu Asrul

Dream Catcher | Pengamat Purnama & Bintang | Pengumpul Buku & Mainan | Penikmat Ice cream | Pengisi Blog | Penjelajah Alam | Biomedic-Physiologist |Mastoideus | @SigiMks | Soulmaks Creative | 1000Guru Makassar

Leave a Reply to Nunu Asrul Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

9 thoughts on “5 Cerita Tentang Pakai Baju Putih