Satu Hari Mengenal Tionghoa di Pecinan Semarang 58


Saya, warga kota Makassar yang sangat menikmati kota Semarang.

Matahari tepat di atas kepala ketika saya tiba di Semarang. Ini kali pertama saya mengikuti Famtrip, dan kali pertama mengunjungi Kota Semarang.  Rada-rada gemas dengan delaynya pesawat, saya jadi melewatkan banyak moment. Agenda Famtrip ini diadakan oleh Badan Promosi Pariwisata Kota Semarang (BP2KS). Peserta Famtrip sudah berkeliling Semarang sejak pagi hari, sarapan di Soto Pak Man, tur ke Sam Po Kong, dan Mesjid Ki Ageng Pandanaran.  Jarum panjang sudah menunjukkan pukul 13.00, saya dijemput oleh panitia dan langsung menyusul peserta Famtrip lainnya di Resto Semarang. Tuhan Maha Mengetahui, isi perut hanya diganjal sebungkus roti. Saya tiba pas jam makan siang, Salam Antebas*! Haha.

ChwQWkSUYAAEVzh

Semarang Restaurant, Heritage Cuisine

 

Semarang Restoran, sebuah rumah makan yang terletak di Jalan Gajahmada 125. Berbeda dengan rumah makan pada umumnya, di sini saya seperti berada di sebuah museum yang menyediakan hidangan khas Semarang yang penuh makna. Sebelah kiri pintu masuk ada pojok foto-foto Semarang masa lalu, di sisi kanannya  berdiri tegak banner dengan tulisan “A Nostalgic Journey Through Time – Jongkie Tio”. Jongkie Tio adalah pemilik resto yang dibuka sejak tahun 1991.  Area resto ini terbagi dua, indoor dan outdoor. Dalam ruangan dipenuhi koleksi pernak-pernik kuno, di luar ruangan merupakan smoking area, di antara beberapa meja, terselip becak , bendi dan kendaaran tempo dulu.

????

Pojok foto-foto masa lalu

 

ChwQvnaVAAAOUZ2

Lontong Cap Go Meh

Peserta Famtrip memenuhi meja panjang di dalam ruangan yang terletak depan pojok foto. Menu makan siang hari itu adalah Lontong Cap Go Meh. Makanan sehat berisi 12 bahan makanan seperti  lontong, opor ayam suwir, buncis, telur dan beragam sayuran lainnya tergabung jadi satu.  Lontong Cap Go Meh merupakan adaptasi masakan Tionghoa Indonesia terhadap masakan lokal Indonesia. Menu makanan ini menyerupai ketupat opor ayam di Hari Lebaran, Lontong Cap Go Meh pada saat Imlek pun menjadi menu andalan.

Puas makan-makan, perjalanan dilanjutkan menuju hotel untuk check in. Kami menginap di MG Setos Hotel Semarang yang lobbynya terletak di lantai 8. Dengan dinding dari kaca, melalui lobby, kami melihat Semarang secara keseluruhan. Menarik!

DSCF8073

Lantai 8 MG Setos Hotel Semarang

Sore itu, kami tiba di Kawasan Pecinan, tepatnya di Jalan Gang Lombok 60. Sebelum menuju Klenteng Tay Kak Sie,  kami mengunjungi sekolah SD-SMP Kuncup Melati dari Yayasan Khong Kauw Hwee. Sebuah sekolah gratis tanpa memandang etnis. Kehadiran kamipun disambut oleh pihak guru dan kepala sekolah Kuncup Melati.

“Sekolah ini membina 250 lebih siswa, kami membina soft skill mereka. Agar kelak dapat berkarya. Mereka membuat batik, mereka berlatih Barongsai. Kami menerima siswa dari etnis manapun. Pertanyaannya bukan dari etnis mana? Tapi, kenapa tidak bersekolah?” Ungkap Ibu Indra selaku kepala sekolah.

Kebetulan ketika kami datang, adik-adik SD-SMP Kuncup Melati sedang berlatih Barongsai. Usai penjelasan singkat dari Ibu Indra, mereka pun tampil apik. Dua singa merah dan kuning menari indah, diiringin irama dari tabuhan gong dan tambur.

DSCF8078

Penampilan Barongsai dari SD-SMP Kuncup Melati

Puas menyaksikan pertunjukan barongsai dari SMP Kuncup Melati, kami bergeser menuju Klenteng Tay Kak Sie.

Di kawasan Pecinan Semarang, Klenteng Tay Kak Sie menjadi salah satu pusat proses keagamaan etnis Tionghoa. Bangunan yang berdiri sejak tahun 1772 ini menjadikan salah satu klenteng tua yang terbesar dengan dewa terbanyak. Awalnya, Klenteng Tay Kak Sie digunakan untuk memuja Yang Mulia Dewi Welas Asih Koan Sie Im Po Sat. Tapi seiring waktu, klenteng menjadi tempat pemujaan berbagai Dewa Dewi dari aliran Tao maupun Konfusianisme.

DSCF8148

Klenteng Tay Kak Sie

Saya terpukau dengan gaya arsitektur dari Klenteng ini. Aba saya seorang arsitek, adik saya juga arsitek, dan si Bungsu juga senang bikin bangunan lewat minecraft. Saya kurang mengerti tentang bangunan, tapi berada di klenteng ini, saya merasa  mesti datang kembali dengan mengajak keluarga saya untuk melihat bangungan ini. Di depan pintu terdapat singa batu yang merupakan penjaga, singa batu ini merupakan unsur tolak bala. Ornamen bangunan ini sangat meriah dengan beragam simbol, ada simbol bunga, naga, simbol empat musim, dan sebagainya. Naga, merupakan simbol kemakmuran dan juga harmoni. Klenteng ini secara umum dibangun dengan gaya arsitektur Tiongkok Selatan. Warna asli klenteng masih dipertahankan dengan warna merah tua. Merah merupakan unsur api. Merah berarti Happiness.

Selesai penjelasan singkat mengenai sejarah dan klenteng ini, kami dihibur oleh drama komedi tanpa narasi yang menceritakan tentang pernikahan dengan adat Tiongkok.

DSCF8160

si Anak yang menari dengan Ibunya sebelum memperkenalkan calon istri kepada sang Ibu.

Hari mulai gelap, kami mesih mengeksplor Pecinan. Di Jalan Gang Pinggir 31 A, kami mendatangi tempat Perkoempoelan Sosial Boen Hiang Tong (Rasa Dharma). Di sana ada pojok kumpulan Sin chi (papan arwah), di tengah Sin chi tersebut terdapat pula Sin chi KH. Abdurrahman Wahid. Pemberian Sin chi ini dikarena dianggap sebagai Bapak Pluralisme yang banyak memperjuangkan hak-hak kaum minoritas.

DSCF8212

Papan Sin Chi

Tempat ini juga merupakan tempat latihan memainkan alat musik tradisional dari Cina. Malam itu, kami menyaksikan permainan alat musik Guzheng, Erhu, dan Yang Qin.

 

DSCF8226

Cici Sherly memainkan Guzheng

Sesi makan malam dilakukan di Kampung Semawis. Sebuah pasar malam dengan beragam kuliner. Jejeran tenda ramai dari jam 19.00 hingga pukul 23.00. Beragam jenis makanan ada disini. Tersenyum bahagialah ketua antebas ini. Haha!

DSCF8279

Pasar Kuliner di Kampung Semawis

Kuliner tradisional hingga khas Jepang hadir di sini. Kami pun duduk dan makan ala Meja Tuk panjang. Meja panjang yang bertujuan untuk menyatukan berbagai kalangan. Malam itu kami makan bersama dengan ibu Masdiana Safitri selaku kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang beserta jejerannya. Beragam makanan disuguhkan, belum habis satu menu, makanan berikutnya pun hadir. Saya mencoba bacang (ketan dengan daging ayam yang dibungkus daun bambu apus), tahu gimbal, sego ayam (nasi ayam), pisang plenet, es conglik, liang tea (bunga tempayan, akar alang alang, lo han kwo) dan es teh gopek. Salam Antebas hahaha !

DSCF8273

Sesi makan malam di Semawis

Satu hari mengenal budaya Tiongkok di Semarang. Satu hari berwisata kuliner Semarang. Menarik!

*Antebas : istilah bahasa Makassar, kepanjangan dari  Ana’ tena bassoro na yang berarti anak yang tidak ada kenyangnya.

Tulisan ini merupakan Famtrip Semarang, 6-8 Mei  2015. Undangan dari Badan Promosi Pariwisata Kota Semarang (BP2KS).

Baca tulisan teman-teman blogger lainnya di :

Kak Rian Tempat Wisata dan Kuliner Asyik di Semarang & Bermain tubing di Desa Wisata Kandri
Kak Richo  dari Sam Poo Kong ke Tay Kak Sie
Kak Sinyo FamTrip Bikin #SemarangHebat jadi Trending Topik (Part1) & Famtrip #SemarangHebat jadi Trending Topik (part2)
Kak Vika Ada Gusdur di Pecinan Semarang & Penyesalan di Desa Wisata Kandri
Kak Leo Jelajah Malam di Lawang Sewu & Kulik Kuliner di Restaurant Semarang
Kak Eka  Semarang Night Carnival 2016 & Lawang Sewu Malam Hari
Kak Taufan Gio Semarang Hebat Culinary Heritage & Semarang Hebat Adventure Carnival
Kak Danan Dongeng Rasa di Restoran Semarang & MG Setos Hotel Terjebak diantara Kubikel Raksasa
Kak Imama Hantaman Jeram Kali Kreo
Kak Chan Ada Tiongkok di Semarang
Kak Titi Gebyar Fantasi Warak Ngendok di Semarang Night Carnival 2016  & Lawang Sewu Kini dan 13 Tahun yang Lalu.
kak Wira Photo Essay : Semarang Night Carnival & Photo Essay Semarang Night Carnival
Kak Luhde Kisah dibalik Kuliner Semarang
Kak Puspa Antusiasme Masyarakat di Semarang Night Carnival 2016
Kak Astin Soekanto Lepaskan Zona Nyamanmu dengan Tubing di Sungai Kreo & Ekspresikan Dirimu di Old City 3D Museum
Kak Ghana Photo Stories Semarak Semarang Night Carnival
Kak Olive Langgam #SemarangHebat Menjaga Harmoni Akulturasi Budaya dari Masa ke Masa
Kak Fahmi Pesta Rakyat Semarang Night Carnival 2016
Kak Bobby Seru-seruan River Tubing di Kali Kreo Semarang
Mas Budi Keseruan Semarang Night Carnival 2016


About Nunu Asrul

Dream Catcher | Pengamat Purnama & Bintang | Pengumpul Buku & Mainan | Penikmat Ice cream | Pengisi Blog | Penjelajah Alam | Biomedic-Physiologist |Mastoideus | @SigiMks | Soulmaks Creative | 1000Guru Makassar

Leave a Reply to Budiono Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

58 thoughts on “Satu Hari Mengenal Tionghoa di Pecinan Semarang