Mobil melaju kencang, setelah melewati berbagai rumah yang bentuknya hampir seragam, hamparan sawah berwarna hijau menyegarkan mata. Aku diam menghayati setiap lukisan alam yang tergambar di layar kaca mobilku. Gerakan awan, anggukan pohon, berbagai sosok manusia tak dikenal silih berganti, bahkan sesekali tampak burung terbang menari bebas di angkasa. Subhanallah, alam itu indah.
“Ini kampung kita juga nak, keluarga besar almarhum kakek kamu sebagian besar tinggal disini.” Tanteku yang duduk tepat disamping kak Chalid yang sibuk menstabilkan kecepatan mobil.
“Oh iya? ini daerah Sidrap bukan? ” aku selalu tertarik dengan silsilah keluargaku. Setelah 15 tahun di negeri orang, kembali ke kampung halaman adalah suatu hal yang memberikan kebahagiaan tersendiri untukku.
“Iya, kamu tahu, ada saudara sepupu almarhum kakek, beliau masih hidup, ada yang unik dari diri kakek itu, jarinya ada enam! karena jarinya lebih dari manusia normal, dia lebih dikenal dengan Puang Tambah.”
“Oh ya? Puang Tambah?!” aku kaget, perhatian ku teralihkan dari alam ke fenomena alam yang lain. Puang adalah gelar bangsawan tinggi bagi orang Bugis yang mempunyai nilai dan kualitas hidup yang tinggi. Pada jaman dahulu panggilan ini ditujukan untuk para raja-raja, tetapi setelah abad berganti, berbagai kerajaan menjadi cerita sejarah, kata “Puang” masih digunakan dalam keluargaku, untuk yang lebih tua, disegani, dan dihormati. Sama halnya dengan “Bapak” tapi strata sosial kata “Puang” lebih tinggi.
“Iya, ada juga kerabatnya, sepertinya hubungan keluargany masih dekat dengan Puang Tambah, juga memiliki enam jari di salah satu tangannya, kalau tidak salah tangan kiri. Tepat menggantung di samping ibu jarinya. Kakek jauhmu ini, lebih dikenal dengan Puang Lebbi, karena jarinya berlebih”. Tanteku semakin antusias menceritakan fenomena jari lebih itu.
***
Enam jari, dikenal dengan Polydactyly. Polydactyl berasal dari bahasa yunani kuno (Polus) “banyak” dan (daktulos) “jari”, juga dikenal sebagai hyperdactyly, adalah anomali kongenital fisik jari tangan atau kaki. Polydactyly menggambarkan tambahan jari pada tangan atau kaki yang biasanya terletak di sisi ibu jari (radial), kelingking (ulnar), atau di tengah (central).Jari tambahan ini biasanya tidak berkembang normal, kecil, dan tidak bertulang, tapi ada beberapa orang yang jarinya tambahannya sempurna seperti jari lainnya.
Polidaktili merupakan suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P. Sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang resesip. Oleh karena laki-laki dan perempuan mempunyai autoaom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan. Sehingga orang bisa mempunyai tambahan jari pada kedua tangan atau kakinya.
Orang normal adalah homozigotik resesip pp. pada individu heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda, sehingga lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterizigotik menikah dengan orang perempuan normal, maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili ialah 50%.
Berikut diagram perkawinan antara laki-laki polidaktili heterozigotik dengan seorang perempuan yang normal ( sumber : genetika suryo, 2005 : 104 )
p : ♀ pp x ♂ Pp
normal polidaktili
F1 : Pp = polidaktili (50%)
Pp = normal (50%)
Seorang laki-laki polidaktili heterozigotik menikah dengan seorang wanita normal maka keturunannya 50% akan normal pp dan 50% polidaktili Pp. Jadi polidaktili adalah salah satu kelainan disebabkan oleh pewarisan sifat autosomal dominan.
***
Aku terdiam, mengingat semua materi genetika dari dosen ku tentang cacat genetik (inherited) ini. Selang beberapa saat, kecepatan mobil pun melambat. Dari kejauhan, ku melihat seorang kakek bertubuh gemuk melambai- lambaikan tangannya. Mobil mendekat dan benar kata tanteku, kakekku itu berjari enam.