“Kira-kira dimana bagus nyari Ta’jil yang enak – enak ?” salah seorang teman bertanya. Alis saya terangkat satu, berpikir sejenak perihal kalimat tadi.
Selama bulan Ramadhan, kata ta’jil tidak asing di telinga. Begitu banyak kegiatan dengan kalimat seolah ta’jil adalah nama makanan. Bahasa seperti berdasarkan kesepakatan. Entah siapa yang memulai pertama, kata ta’jil sudah bergeser dari arti kata sebenarnya. Yang dikenal adalah ta’jil sebagai makanan buka puasa.
Ta’ jil, berasal dari kata bahasa Arab yang artinya yaitu kata [عجّل – يعجّل – تعجيل] ‘Ajjala-Yu’ajjilu-Ta’jiil yang berarti bersegera atau menyegerakan. Dinamakan demikian, karena memang dalam syariah ini berbuka puasa itu sunnahnya disegerakan dan tidak ada penundaan. Maksudnya kalau memang sudah masuk waktu berbuka ya langsung membatalkan puasa, tidak perlu lagi menunda sampai larut malam. Jadi ta’jil adalah kata kerja, bukan kata benda. Di Riyadh sendiri, ketika mau membagi-bagikan makanan gratisan mereka akan berteriak : “Sabilillah… sabilillah .. ” (ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan ada pembagian gratisan).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”( HR. Bukhori Muttafaq Alaih)
Sudah pertengahan bulan Ramadhan, kemarin saya menemukan banyak titik warga Makassar dari berbagi kalangan berbagi kue untuk ta’jil buka puasa. Komunitas saya, SIGi (Sahabat Indonesia Berbagi) juga memiliki agenda rutin berbagi kue di perempatan kota Makassar yang sarat kendaraan. Alhamdulillah sudah dua kali dos makanan berisi segelas air, kurma, dan 2 atau 3 jenis kue tradisional yang dibagikan kepada pengguna motor, mobil, atau pete-pete. Mereka yang masih di jalan tepat ketika azan maghrib berkumandang.
Sahabat Indonesia Berbagi Reg. Makassar [dokumentasi IG : Sigimks ]
Ketika agenda SIGi kemarin berlangsung, saya mengajak salah satu adik yang baru sebulan di Makassar, Amoy. Dia lulusan Sekolah Indonesia Riyadh, Saudi Arabia, yang akan melanjutkan kuliah di Makassar. Selama perjalanan menuju lokasi, dia bercerita seputar pembagian makanan berat atau kue sebagai menu ta’jil buka puasa di Riyadh.
Saya sudah lupa suasana Ramadhan di Ibu Kota Saudi Arabia, terakhir berpuasa bersama orang tua disana tahun 2004. Tapi dari cerita Amoy , suasana Ramadhan di Riyadh perlahan mulai terbayang.
Ketika berbagi menu ta’jil di Riyadh, sepanjang jalan ‘penampakan’nya hampir sama. Lelaki Arab berbaju Thawb– Baju Arab terusan berwarna putih- berbagi menu yang sama : Nasi Kabsah, Shurba, Laban , Sambosa. Kurma sudah menjadi menu pasti. Nasi Kabsah yang dibagi pun sudah lengkap dengan ayam 1 ekor utuh. Mereka (Pemuda Arab) akan berteriak : Sabilillah.. Sabilillah ..
Di mesjid – mesjid pun demikian. Plastik untuk makan akan digelar panjang, Nasi Kabsah dan ayamnya di sebar sepanjang plastik tersebut , yang ingin berbuka puasa tinggal datang dan duduk berhadapan.
Nasi Kabsah merupakan nasi khas dari arab. Mirip dengan nasi goreng, tetapi khas dengan rempah-rempahnya. Aroma kapulaga dan cengkeh serta jinten sangat terasa. Jangan kaget dapat cengkeh utuh bertaburan diantara nasi. Jika makannya terlalu buru-buru terkadang cengkeh juga langsung termakan. Bukan hanya itu, si asem-asem manis ‘kismis’ juga menghiasi nasi Kabsah. Di sekeliling nasi akan terlihat potongan bawang Bombay mentah , jeruk lemon, sayuran hijau segar. Perpaduannya unik dan sangat dirindukan. Biasanya jika kita ke Rumah makan di Arab, Nasi kabsah ini akan disajikan diatas nampan yang berbentuk lingkaran dan besar, terkadang juga disajikan di atas plastik (shufro). Lalu kita duduk lesehan di karpet mengelilingi nampan tersebut dan makan bersama 4-7 orang. Ah yah, Rumah makannya pun dibedakan untuk jenis kelamin, Laki-laki dan perempuan, ada juga tempat yang menyediakan untuk keluarga.
Nasi kabsah [dokumentasi : lezat.net]
Nasi kabsah menggunakan beras khas, ada yang menggunakan beras basmati. Beras basmati berasal dari india, Beras long grain.Bentuknya lebih panjang daripada beras yang sering kita lihat di pasar. Saya jadi teringat, suatu ketika Ummi datang di Makassar membawa beras ini, lengkap dengan bumbu arab. Lalu dimasaklah Nasi Kabsah dalam porsi banyak. Untuk melepaskan rinduku mengecap makanan Arab. Sebagian Nasi kabsah itu saya bawakan ke tetangga sekitar rumah. Respon mereka beragam, sampai ada yang mengira saya bagi-bagi mie goreng. Katanya mirip.
Selain nasi kabsah ini, sambosa merupakan gorengan khas yang pasti ada. Sudah seperti buah kurma, Sambosa selalu hadir dalam menu berbuka puasa. Pastry gurih berbentuk segitiga, berisi sayuran dan daging cincang. Ah saya pernah menjual kue ini di bulan Ramadhan selama dua tahun kemarin, sekedar membuat suasana buka puasa seperti di rumah Riyadh.
Shorba dan laban. Shorba semacam sup dengan olahan daging kambing . Ada yang memadukan Shorba dengan roti Arab yang berbentuk bulat (Ghubus). Laban si yoghurt Arab dengan rasa kecut asam. Dulu ketika saya di Arab, rajin minum Laban ini tetapi karena rasanya kecut saya selalu tambahkan gula. Selain gula, beberapa orang menambahkan jus (ashir) ke Laban itu.
Empat hal yang sering dibagikan untuk ta’jil berbuka puasa, sepanjang jalan sama semua. Kalaupun ada beda, paling roti atau kue arab, tapi inilah yang lazim dibagi-bagi. “Menu Riyadh itu-itu saja kak, beda dengan di Makassar. Bahan dari Pisang saja bisa jadi banyak banget jenisnya.“ jelas Amoy.
Hihi iya Ta’jil kata kerja ya!
Nice share.
Btw, unik2 nama makanannya di Riyadh
pastiii enaaakkk yaaa..
ahh kebayang hehe.
btw, salam kenal.
Semangat terus bjat #SebulanNgeblog nya
salam kenall Mom 😀
Iyaa, tapi karena sepertinya sudah jdi peraturan tak tertulis di Indonesia : Untuk beberapa hal tergantung kesepatakan bersama hahah
jadi banyak yang ngertinya ta’jil itu makanan buka puasa heheh
Iya Mom, makanannya enak dan sampe sekarang belum pernah dapat di Makassar heheh
Terima kasih sudah mampir 😀
Nama makanannya unik dan baru dengar.
Mantap nih,bolehlah kita-kita anak mahasiswa mampir buat makan Ta’jil juga 😀
haha kalau ada di Makassar saya juga mau ini kak 😀
paling cuman ada kurma, haha 😀
terima kasih sudah baca-baca 😀