Ruang itu semakin terbuka, tak ada sekat dengan rakyat.
Pemuda, mari kerja sama untuk negara !
“Kalau ada liputan tentang Jokowi, saya paling pertama mendaftar” kalimat tersebut menjadi pembuka dari Iqbal Lubis ketika saya bertanya pengalamannya meliput Bapak No.1 di negeri ini. Iqbal Lubis, saya memanggilnya Ombal, merupakan salah satu pemuda yang berprofesi sebagai fotografer media di Makassar Lewat kameranya, ia sudah berkeliling nusantara dan merekam banyak hal.
“Kalau foto Jokowi, saya selalu mendaftar pertama. Di kantor, fotografer selalu digilir untuk memotret orang-orang penting, tapi kalau Jokowi, saya selalu mendaftar pertama, biarmi susah urus-urus kartu persnya, yang penting saya yang pergi” ujarnya lagi.
Semua orang pasti ingin bertemu Jokowi, tapi bagi Ombal keinginan besarnya itu bukan berlandaskan karena Bapak Joko Widodo adalah Presiden RI.
“Saya pernah berfoto dengan pemimpin sebelumnya, susahnyaa, banyak aturan. Untuk berfoto harus ada jarak yang jauh sekali. Sangat susah menjangkau untuk dapat moment fotonya. Tapi kalau motret Jokowi, foto jarak sangat dekat juga bisa. Jaraknya seperti ini. Baru, kita yang sadar diri, kalau Paspamres bilang ‘blocking’. Kita semua fotografer berbaris rapi motret Jokowi” Ombal berbicara sambil merentangkan tangan kirinya. Jarak yang dimaksud adalah jarak dekat sepanjang lengan kirinya tersebut.
“Baru toh, itu Paspamresnya kayak paham dan mengerti bahasa tubuhnya Jokowi. Dia tahu waktu yang tepat dan jarak yang tepat untuk kita mulai memotret. Paspamresnya juga enak diajak kerjasama. Pernah waktu liputan baru-baru ini, tentang rel kereta api, jadi itu warga banyak sekali, tapi Jokowi malah tegur Paspamresnya, untuk biarkan warga yang mendekat, dia mau menyalami semua warganya.”
Sebagai fotografer, keleluasan mengambil gambar adalah hal yang penting bagi mereka. Untuk hasil foto yang baik, perlu diambil dari beragam sudut. Objek yang cair juga menguntungkan fotografer. Perlakuan Jokowi yang tenang dan santai itu memberikan kenyamanan bagi siapapun yang ada disekitarnya termasuk bagi mereka yang bekerja untuk mengambil gambar terbaiknya.
“Ah iya, menurutku, Jokowi benar-benar dekat dengan warga. Kedekatan yang tidak dibuat-buat. Pernah ada kegiatan liputan di pelabuhan di Untia, kita menunggumi di sana, lama baruki datang, ternyata dalam perjalanan Jokowi singgahki dulu menyapa warga yang lagi bikin acara.
Dia juga kalau kasih sambutan, tidak pernah lama. Paling lima menit berbicara selebihnya interaksi dengan warga. Kasih pertanyaan-pertanyaan sama nelayan, atau permainan-permainan lucu. Lebih interaktif.
Pernah juga waktu tiba-tiba Jokowi pergi ke Mall Panakukang, ada temanku, dia foto-foto terus Pak Jokowi dari semua sisi, pokoknya itu temanku foto –foto teruski. Sampai akhirnya Pak Jokowi berhenti sebentar, dia panggil itu temanku. ‘Kamu dari tadi foto-foto saya, sini ayo kita selfie’. Deh bahagianya itu temanku” Om Iqbal menceritakan sedikit pengalamannya tentang memotret liputan Jokowi.
“Ah yah,enaknya lagi, kalau foto Jokowi, yang penting berpakaian rapi. Kalau dulu, kita harus pakai batik. Kalau ini, yang penting rapi”
Saya juga sepakat dengan beragam cerita-cerita kedekatan Jokowi dengan rakyatnya. Saya belum pernah bertemu langsung. Tapi saya juga punya harapan akan bertemu Jokowi. Bukan bertemu sekadar bersalaman, tapi bertemu dan turut membicarakan tentang apa yang kami lakukan untuk negeri.
Akhir 2017 lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung secara mendadak ke Istana Negara. Belum bertemu Presiden RI. Saya dan dua blogger dari Makassar bertemu Tim Komunikasi Presiden berserta Staff Khusus Presiden. Pertemuan yang mendadak ini menjadi penutup akhir tahun saya yang mengesankan.
Mendadak ke Istana Negara, Jakarta.
Desember 2017. Sore itu, saya masih menggulung diri dalam selimut. Mendadak tubuh kembali demam setelah sehari sebelumnya beraktivitas hingga malam hari. Tubuh belum sebenar-benarnya sehat, masih meminta waktu untuk beristirahat. Saya terbangun dikarenakan ada telpon dari nomor tanpa nama. Terdengar suara wanita yang langsung memperkenalkan diri, Ibu Lasmi Purnawati dari Tim Komunikasi Presiden. Semuanya berlangsung secara tiba-tiba dan cepat. Saya mendadak sehat, surat undangan segera terkirim beserta tiket pulang-pergi Makassar-Jakarta. Hari itu Senin dan tiga hari berikutnya saya sudah di Jakarta.
Tim Komunikasi Presiden mengadakan kegiatan Forum Discussion Group dengan tema “Presiden Jokowi di Mata Para Bloggers Indonesia”. Kegiatan ini sebagai tindak lanjut dari kegiatan Flash Blogging yang dirangkaikan dengan talkshow oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo bekerjasama dengan Tim Komunikasi Presiden pada bulan Juni 2017 di Makassar. Kali ini yang diundang adalah pemenang Flash Blogging beserta ketua komunitas. Kebetulan saat ini saya masih dipercayakan mengurusi Komunitas Blogger Makassar Anging Mammiri. Jadilah saya turut serta bersama dua pemenang, Daeng Ipul dan Alya, menghadiri undangan ini. Kegiatan FGD ini juga memanggil blogger dari provinsi lain pada hari-hari berikutnya. Blogger Makassar merupakan kelompok pertama yang diundang oleh Tim Komunikasi Presiden.
Jum’at, 8 Desember 2017
Saya sudah rapi bersama Alya dan Daeng Ipul, kami berangkat dari Hotel Ibis Harmoni menuju Kantor Sekretariat Negara. Melalui gerbang masuk, kami dijemput oleh Pak Karjono, salah seorang staff yang mengurusi perihal tiket dan hotel kami. Beliau mengantar kami menuju ruangan Tim Komunikasi Presiden. Di ruangan kami bertemu ibu Lasmi, lalu berkenalan singkat dan dengan segera kami menuju Ruang Rapat.
Menjelang jam 10 pagi, beberapa anggota Tim Komunikasi Presiden sudah hadir dalam ruangan. Saya merasa deg-degan, merasa sangat excited untuk bercerita banyak, juga merasa bersyukur atas kesempatan ini. Tidak lebih dari 10 orang dalam ruangan. Ada juga Mas Aji dari Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo. Serta dua Staff Khusus Presiden, Bapak Sukardi Rinakit dan Ari Dwipayana. Tapi dikarenakan agenda penting lainnya, Pak Ari segera pamit.
Setelah semua hadir, persentasipun dimulai. Oleh peserta, mereka menunjuk saya untuk memulai persentasi dengan memperkenalkan komunitas Blogger Makassar Anging Mammiri. Saya pun menceritakan tentang para blogger Makassar yang terus bertumbuh, juga menyampaikan beragam kegiatan yang telah dilakukan.
Sesuai tema FGD, saya juga menyampaikan beberapa pandangan mengenai sosok Bapak Presiden. Secara pribadi, saya melihat Bapak Presiden yang tenang, santai, dekat dengan pemuda. Ia juga terbuka pada rakyat, saya senang melihat vlog tentang kesehariannya, tentang Bapak Presiden dengan keluarganya. Menggambarkan sosok pemimpin yang apa adanya, yang benar-benar merakyat.
Saya pernah bertanya pada beberapa teman dekat, tentang pandangannya terhadap Joko Widodo.
“Jokowi adalah pemimpin yang berjiwa muda. Selalu berfikir kreatif dan out of the box. Jokowi juga selalu melibatkan pemuda sebagai mitra pemerintah dalam membangun Indonesia.” Ungkap Rahmat Hm, salah satu teman dekat menyampaikan pendapatnya.
Sepakat! tentang melibatkan pemuda sebagai mitra pemerintah. Hal ini saya sampaikan juga dalam persentasi FGD ini, saya melihat melalui sosial media beberapa pemuda-pemuda yang telah bertemu Jokowi.
“Saya follow beberapa blogger, vlogger, penulis, penggerak literasi serta para penggerak startup di Indonesia. Sempat melihat beberapa postingan mereka yang menghadiri undangan buka puasa blogger, vlogger bersama Bapak Presiden. Seru! Apalagi pas Hari Sumpah Pemuda, timeline saya dipenuhi oleh foto-foto founder startup yang menghadiri undangan Bapak Presiden. Saya juga mengikuti akun sosial instagram Imanusman, dari Ruangguru. Dan terkejut, melihat founder dari Ruangguru turut diundang dalam sebuah rapat dengan beberapa menteri. Rasanya, ruang antara pemuda dan Bapak Presiden terbuka lebar. Kami bisa bersuara dan bekerja sama”
Sejujurnya saya iri sekaligus termotivasi sekaligus berterimakasih pada tim Ruangguru itu. Saya selalu mengikuti akun instagram mereka. Iman Usman, lelaki berusia 26 tahun itu selalu menampilkan proses,pencapaian, dan apa-apa yang ia lakukan bersama Ruangguru. Sesekali melihat postingan Iman Usman yang berkolaborasi dengan pihak kementerian. Melihat juga foto ia publish tentang keikutsertaannya bersama Presiden RI dalam agenda Entreprenurs Wanted di ITB. Lalu ia dijebak sempurna untuk sharing singkat dihadapan RI 1 dan peserta. Saya melihat kalau penjebakan ini benar-benar menunjukkan kalau Presiden RI memberikan kesempatan pada siapapun, termasuk pada pemuda.
Saya iri? Yaa, saya iri dengan orang-orang yang selalu membuat inovasi dan program yang berpengaruh banyak pada masyarakat. Saya iri dengan mereka-mereka yang terus berkarya. Iri yang kemudian menjadi motivasi. Motivasi untuk turut bergerak dan berkarya untuk nusantara. Kepada mereka yang telah bergerak. Saya berterimakasih. Terima kasih sudah menunjukkan bahwa ruang itu sudah terbuka besar. Terbuka lebar antara pemuda dan pemerintah. Kolaborasi makin erat, program yang dijalankan akan lebih berdampak.
Sebagai penggerak bidang edukasi di Makassar, saya juga bercerita tentang segala hal tentang pendidikan. Berdasarkan sedikit riset di google, saya mendapat beberapa data pencapaian bidang pendidikan pada tahun pertama dan tahun kedua kepemimpinan Bapak Presiden.
Ditahun pertama ada sekira 231 unit sekolah baru, 5.983 ruang kelas baru, 580 unit SD/SMP di daerah 3T, 69.569 unit lembaga PAUD, 3,6 juta guru dalam pembinaan guru karakter, serta 11 juta anak kurang mampu yang mendapatkan Kartu Indonesia Pintar. Tahun kedua merehabilitasi 11.663 ruang belajar, membangun 14.223 ruang belajar, distribusi KIP mencapai 17.927.308 dan bangunan sekolah baru 726 unit. Baca pencapaian lainnya : 2 Tahun Jokowi-JK update 17 Okt 2016.
“Banyak pencapaian bidang pendidikan. Cukup memukau, terbangun banyak sekolah baru. Oh iya, saat ini saya sedang menjalankan program The Floating School di pulau-pulau di Kabupaten Pangkep. Pada salah satu pulau tempat berlangsungnya program kami, ada satu sekolah baru tingkat SMA. Saya rasa, ini salah satu dari 726 unit sekolah yang dibangun.”
Dalam hal apapun, tidak ada yang sempurna. Pencapaian bidang pendidikan ini suatu kemajuan, tapi tetap saja masih ada celahnya. Saya pun teringat dengan kenyataan yang pernah disampaikan oleh adik-adik binaan kami di The Floating School. Baca : Jika Saya Bisa Berkata Sejujurnya – The Floating School
“Saya sekolah di pulau lain, bukan di sini, tapi jarang gurunya datang. Jadi gedungnya hanya diisi siswa. Pernah malah gurunya ada yang tidak datang dalam satu semester, tiba-tiba datang dan langsung ujian” kurang lebih begitulah yang pernah disampaikan oleh salah satu siswa kepada saya.
Berikutnya, sayapun bercerita banyak perihal program The Floating School yang InsyaAllah akan turut berkontribusi memajukan pendidikan di kepulauan. Sebagai penutup persentasi, saya menyampaikan beragam harapan serta mengutip kalimat dari Bapak Presiden pada saat peringatan Sumpah Pemuda 2017 : Kita tidak sama, kita bekerja sama.
Setelah puas bercuap-cuap, gantian pemateri selanjutnya oleh Alya lalu ditutup dengan Daeng Ipul. Alya lebih banyak membahas seputar pengalaman pendampingan desa. Tentang teknologi dan kehidupan desa, tentang beragam potensi desa. Masih banyak di pedalaman yang kurang akses teknologi, padahal dengan teknologi yang sesuai, akan dapat memajukan potensi pedesaan. Baca tulisan kak Alya : Blogger bercerita tentang Presiden
Daeng ipul sebagai pembicara ketiga, bercerita tentang pengamatannya setelah mengunjungi banyak tempat. Berkisah tentang ketimpangan yang nyata antara pulau Jawa dan pulau lainnya, bercerita tentang keragaman, hingga hiruk pikuknya media sosial. Baca tulisan Daeng Ipul : Jalan-Jalan ke Sekretariat Negara
Setelah FGD Selesai, kami diajak berkeliling Istana Negara. Berfoto-foto di setiap sudut. Berbicara santai bersama Bapak Sukardi di kantor Tim Komunikasi Presiden. Momen ini yang sangat menarik bagi saya pribadi. Belakangan ini saya sedang tertarik dengan seni. Seni merupakan salah satu cara terbaik dalam menyampaikan pesan. Pun dengan Bapak Sukardi, yang ternyata kolektor lukisan. Saya sangat senang mendengar beragam cerita-cerita menarik dari tiap lukisan. Kami lama dalam ruangannya. Bapak Sukardi dengan senang hati menunjukkan lukisan dan memberikan kami syal sebagai buah tangan. Setelah puas, kami pun pulang dengan bahagia.
Rasa bersyukur telah hadir di Sekretriat Negara, Berkisah banyak dihadapan para lingkaran pertama dalam lingkup kepresidenan perihal komunikasi presiden. Hal kecil ini memberikan pengaruh besar pada saya, meskipun belum bertemu RI 01, tapi kolaborasi itu sudah terbuka, melalui blogger Makassar berkolaborasi dengan blogger se-Indonesia, untuk terus memberitakan segala kebaikan yang terjadi pada bumi pertiwi.
Terima kasih Tim Komunikasi Presiden,
Terima kasih telah memberikan peluang dan keyakinan, bahwa kami pun terlibat dalam memajukan negeri.
Pingback: Edukasi, Kunci Kemerdekaan dan Kemajuan Bangsa – Nur Al Marwah Asrul