Edukasi, Kunci Kemerdekaan dan Kemajuan Bangsa 24


“Tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia yang merdeka” Ki Hadjar Dewantara.

“Dulu, pendidikan itu dibuat dengan suasana yang menyenangkan. Nama sekolahnya saja Taman Siswa. Pada tahun 1922.“ ungkap Kak Rumi, salah satu kawan yang asik diajak bercerita ria seputar seni dan pendidikan. Sore itu, dia memanggil saya dan kak Mato, untuk duduk-duduk santai dan ngobrol seputar pendidikan ala sekolah yang kami, The Floating School.

The Floating School, sekolah terapung yang saya gagas bersama dua orang kawan, Kak Mato dan Kak Ammy. Sekolah ini muncul sebagai hasil dari diskusi ringan seputar pendidikan dan pemuda pada suatu makan malam yang sederhana. Saat itu, kami bercerita tentang kondisi pendidikan di kampung kami, Sulawesi Selatan. Riset sana-sini dan menemukan bahwa Kabupaten Pangkep menjadi salah satu kabupaten dengan kondisi pendidikan yang membutuh perhatian. Setelah perbincangan itu, dalam waktu singkat kami eksekusi dan memulailah program peningkatan pendidikan melalui workshop kreatif untuk anak-anak di kepulauan Kabupaten Pangkep. Tahun 2017, The Floating School telah berjalan di Pulau Satando, Pulau Saugi, dan Pulau Sapuli.

[Baca juga : Jika Saya Bisa Berkata Sejujurnya – The Floating School]

“The Floating School cukup menarik menurut saya. konsep belajar yang diluar ruangan. kadang di dermaga, kadang di pinggir pantai, atau di Rumah Pohon. Sepertinya areanya The Floating School itu satu pulau. Seru ya! benar-benar memberikan kebebasan pada siswanya. Jadi proses belajarnya sangat menyenangkan. Eh coba deh baca buku ‘Ki Hadjar Dewantara – Sebuah Memoar’ karangan  Haidar Musyafa. Sebenarnya pembelajaran yang dilakukan pada Sekolah Tamansiswa juga sangat menyenangkan. dibuat tanpa paksaan apalagi tekanan. Metode-metodenya yang dibuat memang sesuai dengan budaya kita. ” Kak Rumi menambahkan.  Saya pun mengangguk-angguk mendengarkan tentang pandangannya atas sekolah kamia yang dihubungkan dengan Tamansiswa. Cukup menarik!

Terkadang, kita memang perlu melihat kebelakang sejenak. membaca kembali sejarah. Melihat masa lalu untuk menjadi bahan reflektif dalam mengenal jati diri bangsa. Semakin menggali sejarah, semakin terasa gelora perjuangan yang mengalir dalam diri Indonesia. Bangsa ini telah melewati berbagai zaman, melewati berbagai perjuangan, melewati berbagai proses demi kemerdekaan, demi kemajuan bangsa. Pun pada bidang pendidikan. Sejak bertahun silam. pendidikan berpengaruh besar dalam mencapai tujuan negara. 

Edukasi, kunci kemerdekaan.

Dialah Raden Mas Soewardi, pria kelahiran 2 Mei 1889  yang merupakan bangsawan pangeran Kadipaten Pakualaman. Hari kelahirannya menjadi Hari Pendidikan Nasional. Sejak masa kecilnya, ia  sudah tertarik bidang pendidikan. Tak jarang disela waktu luangnya, ia mengajarkan materi yang dipelajarinya di sekolah kepada teman-teman inlander yang tidak mendapatkan kesempatan bersekolah.

Berterima kasihlah kepada Ratu Wilhelmina (17 September 1901)  yang menegaskan kebijakan Politik Etis, σyang meliputi : Irigasi, Imigrasi, dan Edukasi. Sejak diberikan peluang untuk mendapatkan pendidikan. Sejak itu pulalah terbentuk kelompok-kelompok terpelajar yang mulai menyadari akan penjajahan, yang mulai menyadari akan pentingnya perjuangan untuk kemerdekaan.

Termasuk Raden Mas Soewardi yang kini dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara. Karena kecerdasannya, ia mendapatkan kesempatan untuk bersekolah di STOVIA (School tot Opleiding van Indhische Artsen), Sekolah Kedokteran milik Governemen Hindia Belanda pada tahun 1907. Di sekolah itulah, Raden Mas Soewardi bertemu tokoh pejuang lainnya, Tjipto Mangoenkoesoeomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soetomo. Bersama Douwes Dekker para pemuda ini memulai perjuangannya melalui tulisan. Dari gagasan Dr. Wahidin Soedirohoesodo, terbentuklah organisasi pergerakan pertama : Boedi Oetomo. 

Pendidikanlah yang membuat mereka sadar akan penjajahan terhadap kaum rakyat jelata. Penddidikan yang membuat resah dan gelisah atas tindakan dan kebijakan pihak Belanda yang merugikan rakyat. Dengan pendidikan pula mereka berjuang. Menyebar semagat nasionalisme melalui tulisan, memberikan pengajaran kepada rakyat, dan melawan segala bentuk kebijakan yang tidak sesuai dengan kemanusiaan.

3 Juli 1922. Sekolah gagasan Ki Hadjar Dewantara lahir dengan nama : National Onderwijs Instituut Tamansiswa. Dalam pembukaan sekolah Tamansiswa, Bapak Pendidikan tersebut menyatakan bahwa : Dengan menguasai Ilmu, akan mendatangkan kemuliaan dan melawan segala bentuk kebiadaban”

Pendidikan taman siswa

Pendidikan taman siswa. Sumber Wikipedia

Tamansiswa, sekolah dengan metode Among : Metode pendidikan yang bersendikan pada kodrat alam dan kemerdekaan jiwa seluruh warga sekolah Tamansiswa. Tamansiswa, sekolah dengan lima cara belajar Pancadharma : Belajar melalui Kodrat alam, Kebudayaan, Kemerdekaan dengan memperhatikan potensi dan minat masing-masing individu dan kelompok, Kebangsaan, serta Kemanusiaan. Tamansiswa, sekolah dengan pendidikan budi pekerti : Ngerti, para pendidik memberikan pengertian sebanyak-banyaknya. Ngoroso, mengajar anak didik memahami, menghayati, dan merasakan tentang ilmu pengetahuan. Nglakoni, Mengajak anak didik untuk memantapkan lahir batin dalam mengaplikasikan ilmu.

Dari Tamansiswa, terbentuklah tujuan pendidikan Indonesia, yaitu menjadikan siswa yang merdeka jalan pikirannya, merdeka perasaannya, dan merdeka jasmaninya. Melalui pendidikan, menjadikan anak didik yang siap untuk generasi akan datang. Melalui pendidikan, semangat perjuangan ditularkan. Melalui Pendidikan, menjadikan Indonesia merdeka.

Potret pendidikan Indonesia saat ini.

Perjuangan itu belum berakhir. Indonesia terus berkembang, pun dengan pendidikannya. Harapan masa depan berada di tangan generasi muda. Pendidikan merupakan cara terbaik meningkatkan sumber daya manusia. Dengan ilmu, setiap manusia dapat berkembang dan bermanfaat. Pendidikan adalah hak dasar manusia untuk mengembangkan segala potensinya. Jika pendidikan setiap insan berkembang, bangsa Indonesia pun mengalami kemajuan.

Saat ini, Indonesia masih terus berbenah. Berdasarkan data BPS Potret Statistik Pendidikan Indonesia 2017.  Angka Partisipasi Kasar (2017) masih bervariasi : SD 108,50 %, SMP 90,23 %, SMA 82,84%, dan Perguruan Tinggi 25,00%. Angka Partisipasi Kasar ini merupakan proporsi jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk umur sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Hingga saat ini masih mengalami penurunan seiring meningkatnya jenjang pendidikan. (Baca lengkap data BPS Potret Statistik Pendidikan Indonesia 2017)

Masih tentang pendidikan saat ini. Dari Newsdetik.com Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) melakukan penelitian Right to Education Index (RTEI) yang mengukur pemenuhan hak atas pendidikan di berbagai negara. (2017). Terdapat lima indikator yang diukur oleh JPPI : governance, availability, accessibility, acceptability, dan adaptability. Dan Indonesia menempati urutan ke-7 (dari 10 negara)  77%. Tiga hal yang membuat peringkat ke-7 dikarenakan kualitas guru, sekolah yang belum ramah anak, serta akses pendidikan yang sulit bagi kelompok-kelompok marjinal.

Tentang pemerataan pendidikan. Inilah salah satu hambatan perkembangan pendidikan di Indonesia, Seperti yang terjadi di Kabupaten Pangkep yang memiliki kurang lebih 117 pulau. Dengan daerah yang terdiri dari banyak pulau, akses untuk pendidikan di daerah kepulauan cukup terbatas.

Berdasarkan data BPS Statistik Kesejahteraan Kab. Pangkep 2016, Angka Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Buta Huruf ada sekira 11.28 %. Angka Partisipasi Murni (APM) Formal dan Nonformal SD cukup tinggi yaitu 98,65 %, akan tetapi menurun jauh untuk tingkat SMP menjadi 69,85 % dan SMA hanya 45,54%.  Menurunnya jumlah partisipasi sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dapat disebabkan oleh kurangnya fasilitas sekolah tingkat SMP dan SMA di beberapa pulau di Pangkep.

Seperti pada tiga pulau tempat terlaksananya The Floating School. Di Pulau Saugi dan Pulau Sapuli, hanya terdapat fasilitas sekolah tingkat SD. Jadi untuk siswa SMP dan SMA, untuk bersekolah, mereka harus berlayar ke pulau yang terdapat sekolah tingkat SMP dan SMA atau ke daratan. Hanya di Pulau Satando yang memilki fasilitas sekolah SD dan SMP serta SMA, dengan nama SMA Kecil Satando yang baru digunakan di akhir tahun 2016. Ketiga pulau ini merupakan pulau yang terdekat dengan daratan, dapat ditempuh kurang lebih 20-30 menit dari dermaga Maccini Baji di Pangkep. Asumsi kami, untuk pulau-pulau yang lebih jauh, akses pendidikannya lebih sulit dibandingkan ketiga pulau ini. Tidak jarang kami menemukan cerita dari para siswa tentang kondisi sekolah dengan guru yang jarang hadir. Ketidak hadiran ini dikarenakan beberapa pengajar berasal dari daratan Kota Pangkep, sehingga ketika cuaca buruk, mereka akan terhambat menuju sekolah di Pulau.
Saya kelas 3 SMA sekarang, tapi sejak kelas 2 SMA, beberapa guru tidak pernah masuk. Jadi terkadang kami hanya belajar mandiri lewat buku. Tapi tetap saja, banyak yang tidak kami mengerti”  begitulah salah satu curhatan siswa kami yang bercerita tentang kondisi sekolah umumnya.

Di kepulauan, faktor kurangnya fasilitas, sulitnya akses pendididikan, serta ketidakhadiran guru di sekolah  menyebabkan banyak pemuda yang tidak melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka lebih memilih membantu orang tua turut menjadi nelayan untuk membantu ekonomi keluarga dibandingkan mengeluarkan dana lebih untuk akses pendidikan yang lebih jauh.

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung jawab bersama.

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan negara Indonesia. Meskipun kondisi pendidikan saat ini masih memprihatinkan, tapi terdapat banyak angin segar yang turut serta bergerak demi pendidikan bangsa. Bukankah edukasi adalah hak semua manusia?

Pendidikan Indonesia tetap menjadi perhatian banyak orang. Bapak Presiden Jokowi pun bergerak melalui Program Indonesia Pintar. Sejak tahun pertama kepresidenan, ratusan sekolah sudah dibangun, ribuan kelas dan gedung telah direhabilitasi. jutaan anak mendapatkan Kartu Indonesia Pintar. Segala program ini demi peningkatan pendidikan bangsa.  

(Baca juga : Berkisah tentang Bapak Negara di Mata Pemuda ) 

Turut hadir pula beragam komunitas atau gerakan yang bergerak bidang pendidikan. Indonesia Mengajar misalnya, Mereka telah mengisi ruang-ruang marjinal di Indonesia. Beragam sekolah alternatif juga muncul dengan karakter masing-masing untuk meningkatkan kapasitas manusia.

Di Sulawesi Selatan, terdapat sekira lebih 20 komunitas dan gerakan bidang pendidikan dengan karakternya masing-masing. The Floating School misalnya, Sekolah Terapung ini merupakan kapal semi tradisional yang menyediakan buku-buku bacaan, alat tulis, materi belajar, dan fasilitator yang akan berlayar ke pulau-pulau di Kabupaten Pangkep untuk memberikan workshop dalam beberapa bidang. The Floating School hadir dengan visi meningkatkan kualitas pemuda di kepulauan melalui workshop kreatif yang dapat meningkatkan kemampuan mereka berdasarkan minat dan bakat.

Ada juga Sekolah Kolong, yang juga bergerak memberikan pendidikan di pedalaman Kabupaten Maros. Atau Sekolah Kaki Langit, yang dalam waktu berkala memberikan kelas kepada adik-adik yang tinggal di kaki gunung. 1000 Guru Sulsel, telah bergerak sejak 2014 untuk pendidikan di pedalaman. Pun dengan Sahabat Indonesia Berbagi. mereka bergerak memberikan pengajaran Baca Tulis Aritmatika Dakwah melalui Kelas Carakde pada warga marjinal Kota Makassar. 

Begitu banyak yang bergerak bersama, dengan gaya yang berbeda. Komunitas dengan berbasis kerelawanan menyasar daerah pegunungan, pedalaman, kepulauan, marjinal kota, dan sebagainya. Dengan harapan, langkah kecil ini bisa turut berkontribusi dalam pemerataan pendidikan, dalam peningkatan pendidikan. Demi kemajuan bangsa.

Pendidikan anak pulau

Salah satu kelas dari program The Floating School, Kelas menari.

Selain mereka yang bergerak menuju daerah-daerah yang tidak terjangkau. Ada juga yang peduli akan pentingnya pendidikan dan bergerak melalui teknologi. Aplikasi belajar Ruangguru yang sangat membantu pembelajaran dengan cara yang menyenangkan dan kekinian. Tidak bisa dipungkiri, saat ini anak-anak sudah memiliki handphone masing-masing. Tidak jarang saya menemukan orang tua yang curhat akan anaknya yang sulit dilepaskan melalui Handphone. Ruangguru bergerak dengan pemanfaatan teknologi. Melalui gadget, anak-anak dapat belajar dan mengerjakan soal untuk persiapan ujian. Melalui gawainya, anak-anak dapat melihat beragam materi pembelajaran sesuai keinginannya, sesuai kelasnya. Metode pemanfaatan teknologi ini sangat sesuai dengan kondisi saat ini. Melalui aplikasi ini, ribuan anak-anak telah terbantukan dengan menjadi siswa Ruangguru. Anak-anak akan senang belajar dan orang tua pun tidak khawatir jika sang anak menggunakan gawai dalam waktu lama, karena mereka belajar

Bagaimana dengan kondisi di kota besar yang penuh dengan kemacetan? Beberapa saat kemarin, saya googling tentang #Educenter. Seperti penggerak-penggerak lainnya. EduCenter memiliki keunikan tersendiri. Sesuai dengan tagline : EduCenter : one stop education of excellence under one roof!  Educenter menyatukan beragam edukasi dalam satu gedung.  Dalam satu lokasi, terdapat lebih 20 kursus,  baik tentang materi dasar maupun pengembangan kemampuan diri. Saya merasa Educenter ini mirip-mirip mall edukasi yang berkualitas, penuh dengan beragam tempat edukasi yang nyaman. Dalam satu kali perjalanan, anak didik bisa mengikuti beragam kelas untuk mengembangkan diri. Hal ini tentunya akan menyenangkan orang tua siswa. Setiap keluarga dapat mendaftarkan anaknya di banyak tempat kursus tanpa khawatir waktu transportasi antara satu tempat ke tempat lainnya. EduCenter menjadi solusi keluarga dalam mengefisienkan waktu. Silakan lihat situsnya di Educenter.id. dan kalian pasti akan terpana.

EduCenter. sebuah gedung yang menyatukan banyak tempat kursus. Terdapat kursus beragam jenis, ada kelas Preschool, ada Cooking Class, Art Class, Ballet & Dance, Mathematic, Chemistry & Physics, English Course, Chinese Course, Mandarin Course,dan lainnya. Tidak hanya kelas-kelas saja, dalam gedung dengan design arsitektur yang bernilai estetika tinggi tersebut memiliki lima pilihan cafe dan restoran untuk tempat para murid dan para orang tua murid menunggu, bersosialisasi ataupun makan siang/malam. Gedung dengan tujuh lantai dan dua basement itu memberikan suasana yang nyaman dan menyenangkan. Kenyamanan-kenyamanan ini sangat penting guna menjadikan anak semangat dalam belajar dan mengembangkan kemampuannya.

EduCenter. Solusi bagi keluarga yang peduli akan pendidikan anak bangsa.

Begitu banyak bukti kepedulian akan pentingnya pendidikan Indonesia. Begitu banyak yang turut serta bergerak menyebarkan peningkatan pendidikan dengan gerakannya masing-masing. Begitu banyak yang turut serta bergerak mengedukasi dari beragam sisi demi generasi masa depan nanti. Begitu banyak yang peduli anak bangsa dengan meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan, kecerdasan, kreativitas yang dibina secara mental dan otak, secara jiwa dan raga agar Indonesia menjadi negara maju yang berpendidikan. 

Pendidikan merupakan hal yang paling utama dalam mengembangkan bangsanya. Pendidikan dapat menjadikan pribadi berdaya saing tinggi. Pendidikan dapat menjadikan pribadi yang bermanfaat untuk lainnya. Pendidikan menjadikan keativitas sebagai nilai lebih untuk turut berkarya di ranah internasional. Pendidikan, tidak hanya memerdekakan negara Indonesia, tapi juga meningkatkan kemajuan bangsa.

Sekali lagi, Bukankah mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung jawab bersama? Karena pendidikan, Kita  merdeka. Tujuan Tamansiswa telah tercapai. Saatnya bergandeng tangan, melanjutkan perjuangan Ki Hadjar Dewantara untuk terus memajukan bangsa.


About Nunu Asrul

Dream Catcher | Pengamat Purnama & Bintang | Pengumpul Buku & Mainan | Penikmat Ice cream | Pengisi Blog | Penjelajah Alam | Biomedic-Physiologist |Mastoideus | @SigiMks | Soulmaks Creative | 1000Guru Makassar

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

24 thoughts on “Edukasi, Kunci Kemerdekaan dan Kemajuan Bangsa