Jadi, Setelah ini mau ke mana?


Jadi setelah ini mau ke mana?”
Saya memulai bertanya pada suatu sesi cerita panjang.

Diam sejenak, matanya hitamnya tampak d iujung kanan atas. Entah apa yang dilihatnya. Tiga detik berlalu dan ia pun memperbaiki posisi duduknya. Rambut dirapikan. Nampak mantap menyampaikan jawaban.

Jadi gini kak. Sekarang emang lagi gak kerja. Tapi bukan berarti nganggur, saat ini saya sedang mengikuti banyak komunitas dan organisasi profesi. Lokal dan nasional. Lagi belajar juga buat lanjut kuliah. Lagi ningkatin kapasitas diri. Lagi belajar komunikasi. Jadi mau fokus sama diri dulu. Lowongan kerja banyak. Dan saya percaya diri kok bisa lulus di salah satunya. Tapi saat ini kerja bukan pilihan“.

Saya mengangguk-angguk. Jawabannya sangat familiar. Seperti saya yang sedang berucap. Dan ingatanpun jadi terbang pada pengalaman personal beberapa tahun lalu. Ketika baru saja lulus studi S1 dan memilih tidak bekerja, ikuti beragam komunitas. Lokal dan nasional. Fokus belajar buat lanjut kuliah. Lagi tingkatkan kapasitas diri.  Belajar komunikasi. Fokus sama diri dulu. Lowongan kerja banyak. Dan saya percaya diri kok bisa lulus di salah satunya. Tapi saat itu kerja bukan pilihan.

Dan itu, pilihan saya dulu yang juga menjadi pilihannya. Tidak ada yang salah dalam perjalanan ke mana. Setiap orang punya pilihan setelah kuliah. Mau bekerja, mau berkomunitas, mau lanjut kuliah, mau menikah, mau berkelana, mau jualan. Semua sah sah saja. Asal dijalankan sesuai dan sepenuh hati serta masih dapat membuatmu hidup. Lagian, segala pilihan akan ada konsekuensinya.

Saya biasa menemukan orang muda yang setelah wisuda, bingung mau ke mana. Melamar semua kerjaan tapi tidak lulus juga. Mau menikah tapi belum dipertemukan jodohnya. Akhirnya mengambil jalur lanjut kuliah S2 agar nampak ada yang dilakukan. Meski belum tahu pasti setelah S2 ilmunya digunakan apa dan mau ke mana.

Mengalami kebingungan ini tidak salah kok, wajarlah, namanya juga masa pencarian jati diri. Menemukan passion, hal yang disenangi, area of interests itu butuh proses. Sampai menemukan hal yang membuatmu nyaman dalam berkarya. Jadi kalau bingung. Selamat, artinya kamu berpikir arah perjalananmu akan kemana. Hmm bicarakan tentang pencarian ini mesti cerita panjang juga. Nanti ya.

Bagaimana kalau mau bekerja?

Hmm, memilih bekerja atau tidak, itu juga perlu diperhatikan beberapa hal. Apakah masih tanggungan keluarga? Apakah orang tua masih mampu membiayai kita selama setelah kuliah? Atau kita justru yang seharusnya  menanggung biaya kehidupan mereka? Hal ini menjadi suatu faktor penentu, jangan sampai ketika kita memilih tidak menghasilkan uang, lalu untuk makan sehari hari pun kita kesulitan.

Jika masih dalam keadaan ekonomi aman, dan merasa jati diri belum ditemukan, tidak ada salahnya menambah waktu untuk memperbanyak jejaring, mencoba beragam hal. Meningkatkan kapasitas diri. Ikutilah beragam komunitas yang sesuai minat dan bakat. Agar diri terasah, dan bermanfaat. Tantang diri ikuti kompetisi. Ikuti shortcourse yang diprogram oleh banyak lembaga. Hal ini dapat membuka wawasan kita lebih luas. Dan tentu saja jejaring kita akan bertambah.

Jika harus bekerja, bolehlah. Tapi, carilah kerja yang sesuai bidang, sesuai minat dan menantang. Masa muda energinya banyak. Maksimalkanlah dalam setiap hal yang kita lakukan.


Bekerjalah ditempat yang kamu inginkan untuk berkembang dan berkarya. Sulit? Khawatir tidak keterima? Yaaa makanya persiapkan diri dengan matang. Minimal C.V yang dikirimkan benar- benar niat. Jangan asal kirim berkas sembarangan. Nulis pesan di kolom judul. Atau salah menulis kantor tujuan. Hal ini sepele. Tapi oleh pihak perusahaan melihat  sepertinya kamu benar benar tidak seserius itu.

Kalau belum mau bekerja atau lowongan belum ada, bisa nyari tempat internship / magang beberapa saat. Magang untuk belajar. Dua – tiga bulan bisa belajar banyak. Jika tiba saatnya lowongan itu tiba. Masukkan berkas dengan pengalaman magang di tempat terbaik. Cukuplah menambah poin atas C.V. 

Kalau kamu tidak mau bekerja di perusahaan orang. Bisa segera memulai usaha. Jualan lah. Nah untuk memperkaya wawasan tentang jualan, bisa kamu ikuti beragam organisasi atau komunitas yang support secara softskill atau jejaring. Banyak kok.

Tidak bekerja, tidak berbisnis, tapi kamu sangat gelisah dengan ketimpangan yang ada di masyarakat. Isu lingkungan, isu perempuan, isu pendidikan, isu alam semuanya membuatmu gelisah karena menyadari ada yang salah. Jangan pendam sendirian, nanti kamu gila. Haha. Carilah teman cerita, ikutilah gerakan yang ada. Terlibat dalam gerakan sosial akan membuatmu bijak dalam kehidupan. Matamu akan terbuka, dan menyadari bahwa segala permasalahan ini saling tersangkutpaut layaknya benang kusut. Tapi  tenang saja, Akan selalu ada harapan, selama masih banyak yang bergerak.

Hmm. Bagaimana kalau lanjut kuliah?

Lanjut kuliah, boleh.. bagus itu untuk meningkatkan akademik. Pilih jurusan yang benar-benar kamu ingin kuasai ilmunya. Persiapkan matang-,matang. Daftar kuliah butuh persiapan. Apalagi kalau mau dapat beasiswa. Harus bersaing dengan banyak orang. Jadi pastikan berkasmu menunjukkan kamu yang layak diberikan dana. Kuliah mandiri? Boleh saja, selama bisa biayai kuliah. Banyak juga yang melanjutkan kuliah sambil kerja. Yang jelas, jangan melanjutkan kuliah hanya karena ikut ikut sama teman. Atau karena tidak ada pilihan lain. Pertimbangkan lah kuliah apa untuk apa, dan setelahnya mau ke mana.

Nah. Kalau menikah?

Wah wah kalau ini saya butuh waktu lebih lama membahas tetang menikah. Hehe.

Hal ini butuh dua pihak. Pastikan pasangan/ calonmu mau benar benar melamar. Setidaknya menunjukkan keseriusan dengan ketemu orang tua. Jangan sampai kamu terikat secara status tapi nyatanya gak maju maju juga. Lama dan penuh dosa. Hmm, yang jelas, jodoh itu sebuah kepastian, yang dibutuhkan waktu, tempat, dan orang yang tepat. Jika sudah ada tanda tandanya, butuh usaha dan doa yang banyak banyak agar dimudahkan dan dilancarkan.

Pernikahan itu seperti suatu fase kehidupan. Perkembangan dari satu fase ke fase lainnya.  Dari seorang diri menjadi suami atau istri. Berikutnya kehadiran anak menjadikan ayah dan ibu. Lalu anak dewasa dan menikah menjadikan posisi sebagai mertua, anak beranak, kita jadi kakek dan nenek. Ini fase kehidupan. Dan entah pada fase apa, akan bertemu kematian. Kitapun beralih pada kehidupan akhirat.

Waduh maafkan, pembahasan jadi makin jauh. Haha.
Yah, tentang romansa memang menjadi bumbu-bumbu kehidupan yang paling indah. Memberikan energi baik positif atau negatif pada kehidupan sehari hari. Jatuh cinta atau patah hati pasti terjadi. Yang jelas, jangan terlalu larut pada keduanya. Larut yang akan membuat dunia hanya milik berdua atau malah patah hati dan ingin mati.

Tidak bekerja, tidak kuliah, tapi ada yang benar benar melamarmu dan menjadi keluarga. Nah, untukmu perempuan, jika dia menjadikanmu istri bukan berarti kamu tidak bisa ngapa-ngapain lagi. Jika kamu memilih jadi istri yang di rumah saja, juga tidak salah. Mereka sangat berperan loh. Performa suami akan maksimal jika istri sepenuh hati mendukung segala aktivitasnya. Performa yang maksimal akan mempengaruhi kinerja dan karya yang dihasilkan.  Menjadi istri atau ibu rumah tangga saja adalah profesi yang mulia.


Jika kamu jadi istri dan tetap beraktivitas, bisa kok. Perempuan juga punya hak dalam menemukan dan mengembangkan potensi dirinya, turut berperan dalam masyarakat. Juga bersenang senang. Semua hanya butuh komunikasi dengan pasangan. Agar urusan rumah tangga tetap jalan, dan istri tetap bahagia. Ah yaa, urusan rumah tangga juga bukan hanya urusan istri yaa. Suami juga berperan dalam urusan rumah. Jadi istri bukan jadi pembantu, jadi jika kamu yang baca ini adalah laki laki yang akan menjadi suami, jadilah suami yang ringan tangan cuci piring dan memasak. Urusan rasa adalah hal yang nomor dua. Meski keasinan saya yakin istri akan bahagia dimasakkan, setidaknya ia  akan foto dan share pada IG Storynya dengan caption: dimasakkan suami.

Wah ceritaku sudah panjang. Sepertinya berantakan, maaf ya semoga kamu menemukan hal hal baik dari yang saya sampaikan.

Jadi setelah ini, kamu mau kemana?


About Nunu Asrul

Dream Catcher | Pengamat Purnama & Bintang | Pengumpul Buku & Mainan | Penikmat Ice cream | Pengisi Blog | Penjelajah Alam | Biomedic-Physiologist |Mastoideus | @SigiMks | Soulmaks Creative | 1000Guru Makassar

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *