Tentang kemanusiaaan dan kepedulian yang dalam. Tentang anak muda yang bergerak cepat. Tentang mereka yang tanpa pamrih. Tentang kesungguhan yang putih dari hati.
Ini tentang fenomena anak muda di Kota Makassar, yang berlomba-lomba berbuat kebaikan, yang selalu berkegiatan demi kemanusiaan. Seperti sebuah virus yang tersebar dengan cepat. Entah gerakan atau komunitas, mereka turut serta dalam berbuat baik kepada sesama. Sesuai Firman Allah Yang Maha Penyayang, “Maka berlomba-lombalah kalian kepada amalan-amalan kebaikan.” (al-Baqarah: 148)
Sejak beberapa tahun belakangan ini, terdapat dunia baru untuk anak muda di Kota Makassar. Sebuah wadah untuk berkreasi dan berkarya, munculnya komunitas-komunitas Makassar. Di tahun 2015, dalam agenda Pesta Komunitas Makassar (6-7 Juni 2015) terdata 153 komunitas dengan berbagai ciri khas masing-masing. Terdapat komunitas berdasarkan kesamaan hobby, travelling, pecinta hewan-hewan, dan sebagainya. 50 komunitas diantaranya adalah komunitas yang bergerak di bidang sosial-edukasi. Mereka terus berkembang, Mereka terus berkegiatan. Mereka terus bergandengan tangan.
Dari sekian banyak komunitas sosial-edukasi, Sahabat Indonesia Berbagi (SIGI) Makassar salah satu diantaranya. Sesuai namanya, komunitas ini bertujuan untuk terus berbagi kepada sesama. Berbagi apapun, berbagi kebahagiaan, berbagi keceriaan, berbagi kisah, berbagi kasih. Salah satu kegiatannya adalah Project berbagi yang diadakan setiap 3 bulan. Project Berbagi merupakan kegiatan berbagi keceriaan dengan adik-adik dari berbagai panti asuhan. Hingga 2015 ini telah terlaksana 10 Project Berbagi dengan tema yang berbeda-beda, yaitu : Berbagi Sepatu, Mini Theatre, Visit Museum, Berkreasi Untuk Berbagi, Bedah Panti, Edutrip and Outbond, Berbagi Seragam Sekolah, Celengan Akhir Tahun, Eduwisata Rumah Hijau Dennassa, dan Eduwisata Leang-Leang. Selain Project Berbagi, SIGi Makassar juga memiliki kelas alternative bagi daerah marjinal dengan nama kelas Carakde. Carakde asal katanya dari bahasa Makassar yang artinya pintar dan merupakan kepanjangan dari baca, aritmatika, dakwah, dan English. Berbagilah, berbagi itu mudah, berbagi bisa apa saja, berbagi bisa dimana saja. Berbagilah, karena berbagi takkan membuatmu rugi!.
Gerakan yang lain, Berbagi Nasi Makassar. Sebuah gerakan yang rutin membagikan nasi bungkus lengkap dengan lauknya untuk sarapan atau makan malam. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan di Ahad pagi dikenal dengan nama Kanre Pagi (Kanre dalam bahasa Makassar berarti Makan). Para pejuang nasi –sebutan untuk mereka yang bergerak dalam berbagi nasi- berkumpul di suatu titik dengan nasi bungkus yang berjumlah 100 atau lebih. Setelah itu mereka akan berjalan menghampiri para pekerja-pekerja di jalanan, Abang tukang becak, buruh bangunan, tukan sapu dijalan, atau siapapun yang sedang berjuang demi kehidupan. Cukup sederhana dan sarat makna, gerakan sosial ini bertujuan menumbuhkan semangat berbagi dengan perantara sebungkus nasi. Sebungkus nasi untuk mereka yang masih tidur beralaskan bumi dan beratapkan langit.
Komunitas lainnya, tim relawan kemanusiaan, Lingkar Donor Darah Makassar, sebuah harapan bagi mereka yang membutuhkan darah. Tugasnya sederhana, menghubungkan pasien yang membutuhkan darah dengan pendonor. Menghadirkan solusi yang untuk pasien yang membutuhkan darah berkantung-kantung. Lingkar donor mendata para pendonor, jika terdapat kabar pasien membutuhkan darah dengan cepat mereka akan menelpon, mencari, menghubungi siapapun yang sesuai dengan darah pasien. Tak jarang pasien-pasien yang didampingi adalah mereka yang dari luar kota Makassar. Pasien yang kurang memiliki kenalan di kota ini. Pasien yang tidak memiliki satupun keluarga di Makassar.
Ovan, salah satu pasien yang berasal dari Palu, seorang adik penderita tumor mulut ganas yang berumur sekitar 12 tahun. Lintas provinsi, Ovan dari Sulawesi Tengah yang dirujuk ke Makassar. Tak ada satupun keluarga di kota ini. Sebuah kebetulan, salah seorang pegiat komunitas pulang kampung, Inov. Mendapatkan berita ini, Inov langsung mengabari melalui media sosial dan grup-grup komunitas. Respon langsung dibaca, Na’, salah seorang dari Lingkar Donor – juga tergabung di berbagai komunitas lainnya- menghubungi keluarga Ovan untuk kebutuhan darah. Dengan cepat berita tersebut beredar di kalangan Komunitas Makassar. Dengan segera mereka bertindak bersama-sama untuk adik Ovan. Pajappa -kumpulan pemuda-pemudi yang senang jalan-jalan- mulai bergerak. Dengan bermodalkan e-flayer dan akun media sosial yang aktif, mereka menyebarkan kebutuhan adik ovan untuk menyembuhkan tumor ganas itu. Banyak yang tergerak untuk turut serta bertindak untuk adik ovan. Apapun mereka lakukan, termasuk berganti-gantian menjaga adik ovan di rumah sakit.
“Saya lupa berapa kantong darah yang dibutuhkan setiap harinya, minimal 2 trombosit dan 1 darah merah, tapi sepertinya selama perawatan Ovan, kami menghimpun dana hingga berjuta-juta hanya untuk darah.” Ujar Kak Na’, salah seorang yang mengurus darah untuk Ovan.
Lintas komunitas bergerak. Mereka semua peduli dan bertindak. Entah dari komunitas mana, di dalam rumah sakit pun masih ada yang saling berkenalan. Para anak muda yang juga ingin menjaga untuk Ovan.
Ovan membutuhkan dana banyak demi kesembuhannya. Segala cara mereka lakukan untuk adik ovan. Open donasi, menggalang dana lewat Malam Amal, lelang barang-barang bekas yang masih bagus, ataupun ikut berbagai lomba-lomba yang seluruh hadiahnya akan disalurkan untuk adik ovan.
Kegiatan #AdikOvan adalah salah satu dari sekian banyak kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh berbagai komunitas. Mereka berkolaborasi, mereka bersatu sebagai anak muda Makassar yang tergerak demi kemanusiaan.
Di pertengahan 2015, terjadi sebuah bencana di Makassar. Kebakaran yang menimpa pada 126 Keluarga. Puluhan rumah habis oleh api. Para peggiat komunitas di Makassar kembali tergerak. Dengan cepat mereka dari berbagai komunitas menggalang donasi besar-besaran. Mengumpulkan baju-baju layak pakai dan menghimpun dana untuk kebutuhan korban. Berbagi Nasi Makassar bergerak menyalurkan nasi bungkus untuk KanrePagi. Dari 1000 Guru Makassar –komunitas pejalan yang peduli pendidikan di pedalaman- melakukan trauma healing untuk adik-adik korban kebakaran. Dan berbagai komunitas lainnya yang turut serta dalam bertindak untuk para korban bencana.
Setelah kebakaran tersebut, akhirnya lahirlah sebuah grup berisikan perwakilan-perwakilan komunitas Makassar yang bertujuan agar mempermudah komunikasi, Emergency Response.
Emergency Response menjadi wadah untuk berdiskusi ringan untuk kegiatan kemanusiaan yang dapat dijalankan bersama-sama. Respon kebencanaan, kebutuhan darah, atau apapun yang dapat meringankan beban mereka yang membutuhkan segala bantuan. Komunitas makassar tidak dapat bertindak banyak selaku lembaga kemanusiaan yang memang bergerak demi kemanusiaan, akan tetapi, sedikit langkah mereka dapat meringankan para korban.
Asap, sebuah bencana yang melanda masyarakat di Pulau Sumatera dan Kalimantan belakangan ini. Kebakaran hutan yang membuat warga sulit bernapas bebas. Kondisi udara yang tercemar sangat parah hingga untuk kebutuhan oksigenpun mereka harus membeli. Seluruh sekolah diliburkan, penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) terus bertambah. Untuk kejadian ini, teman-teman dari berbagai komunitas juga bertindak. Menggalang donasi, menerima masker, mengadakan Malam Amal, lelang barang, dan lain sebagainya yang keseluruhan dana akan dibelikan masker untuk dikirim ke Sumatra dan Kalimantan.
#MakassarMelawanAsap periode 1, 19 September 2015. Dalam waktu 5 hari, terkumpullah donasi masker sebanyak 7373 masker yang diserahkan melalui PMI untuk disalurkan ke daerah korban kabut asap. Penggalanngan dana unutk masker hanya melewati media sosial. E-flayer disebar, timeline pun dipenuhi #Makassarmelawanasap.
Beberapa hari kemudian, gabungan komunitas bergerak lagi mengumpulkan dana untuk masker. Dengan cara yang lebih kreatif. Penggalangan #MakassarMelawanAsap periode ke-2. beberapa komunitas menginisasi penggalangan yang dananya akan dikumpulkan bersama komunitas-komunitas lainnya. Jum’at, 9 Oktober 2015, mengadakan Open Mic Charity dengan tema Tebar Tawa Melawan Asap. Empat hari berikutnya, 13 Oktober 2015, Komunitas Makassar mengadakan malam penggalangan dana dan masker untuk Sumatera dan Kalimantan. Dalam agenda ini siapapun diberi kebebasan untuk mengisi acara. Akustikan, sulap, open mic, atau lelang baju dan stiker kepada pengunjung. dalam waktu sekira 3 jam, dana yang terkumpul lebih 2 juta untuk korban kabut asap.
Mereka yang bergerak adalah anak-anak muda Makassar yang peduli dengan sekitar. Mereka mahasiswa, dosen muda, pekerja kantoran, ataupun freelancer dengan berbagai kesibukan. Dalam membuat kegiatan kemanusiaan, mereka benar-benar menyisihkan waktu. Dengan kreatif mereka mengadakan berbagai agenda dalam penggalangan dana, mereka memaksimalkan media sosial. Mereka memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Mereka berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan segalanya dan seadanya. Mereka hanya ingin dan mau bertindak Mereka adalah para peggiat komunitas-komunitas di Makassar.
^_^
Maaap oppaaa tulisanku sepertinya kurang sebaik yg semestinya :”(
Keren kak Nunu.
Lebih banyak wawancara dgn pelaku kegiatan akan membuat tulisan lbh hidup.
Wuihhh bahagiatami di kommen sama daeng rusle..
Terima kasih daeng !
Masih butuh belajar. Masih merasa kurang puas dgn tulisan ini daeng..
Terima kasih sarannya 🙂
suka ka dengan kata2 pembukanya. ulasan tentang kegiatan komunitasnya juga keren. cuma beberap typo agak mengganggu kak. semangat kak Nunuuu!!! :))
iyaa typo ngetik buru buru. kurang puas dengan tulisan ini sebenarnya… tapi terima kasih kak tamiii 😀
gak menger ka om na’.. hmmm
Pingback: Sebuah Catatan Dari Kelas Menulis KEPO | Daeng Gassing
keren kk nunu
makasih ario 🙂
Wah, selamat mbak 🙂 menang lomba blog icrc ^_^
tulisannya emang layak menang nih.
wah terima kasih mbak, salam kenal 🙂
seneng punya temen baru lagi 😀
terima kasih mbak 😀
Selamaaat dapat juara 2 Nunu. Keren …. 🙂
alhamdulillahh iyaa kak.. Terima Kasihh kak 🙂
Selamat terpilih sebagai pemenang, patut ditiru nih. Kali aja rejekinya kecantol sama saya juga.
terima kasih kak arif 😀
masih belajar juga kok ini haha
mari sama-sama belajar 😀
Pingback: Malam Istimewa di Akhir Tahun. | Nur Al Marwah Asrul
Pingback: Sebuah Catatan Dari Kelas Menulis KEPO - Daeng Gassing
Pingback: Sebuah Catatan Dari Kelas Menulis KEPO » DaengGassing.Com