Flash Fiction


Heii … 2

Tentang tugas kelas menulis Kepo  yang terdiri dari 14 kata : hijab, potret, keluarga, tenggelam, awan, hijau, muktamar, psikologi, gender, lapuk , ideology, kabel, sublim, dan filsuf. *** Hei, tubuhmu baik-baik saja? Dalam waktu yang cukup lama tenagamu habis berkegiatan. Menyusuri kota, mengantar tamu-tamu penting demi menghadiri muktamar besar.  Aku […]


#FF [18] : Minta Maaflah ! 2

Apa yang harus aku lakukan? Meminta maaf? Tapi sepertinya gengsiku lebih besar dari pada itu. Jam digital sudah menunjukkan angka 23.14, sudah di kasur berselimut dan sudah ada boneka yang jadi guling diantara kedua kaki. Salah satu kebiasaan mau tidur, harus ada banyak bantal atau boneka disekitar.  3 atau 4 […]


#FF [17] : Perihal menikah 16

Tentang sebuah masa, yang lalu jadi kenangan, yang akan datang jadilah harapan. Dan saat ini, kita mengenang dan berharap. Azan subuh sudah terdengar. Mata masih menatap layar, berganti dari layar laptop ke layar android. Sejak semalam masih bergelut dengan segala hal yang berhubungan profil lipid, malonialdehide, dislipidemia, hiperlipidemia, mencit, tikus, […]


#FF [16] : Rahasia Sarah 6

Terdapat peraturan tak tertulis di kota ini. Seorang wanita harus menunggu lelaki yang akan menjadi teman hidupnya. Bagaimana jika wanita tersebut menempatkan hatinya lebih dulu pada seorang laki-laki? Menunggulah. Bagaimana jika lelaki tersebut tidak menyadarinya? Berilah semacam kode. Bagaimana jika kode tersebut tidak terbaca? Kirimlah kode berikutnya. Jika masih saja […]


#FF [15] : 63.244.800 Detik 4

Sejak hari itu, sudah 63.244.800 detik ku lewati, tanpa kabarmu. Kamu yang perlahan menghilang dari berbagai jejak. Bukan hanya di dunia nyata, akun- akun mu pun demikian, tak ada lagi ceritamu yang menarik perhatianku. Kamu yang selalu tiba-tiba, 63.244.800 detik sebelumnya pun begitu. Kamu yang muncul seketika, tepat depan rumahku. […]


#FF [13] : Perang antara kita 2

Kamu bergolongan darah O, dan aku bergolongan darah B. Wajar saja kita selalu berkelahi, tapi entah kenapa, aku sangat menyukai pertengkaran kita. Beradu pendapat dan tidak ada yang mau kalah. Sebuah kebahagiaan tersendiri akan muncul ketika kamu kalah. Akupun tertawa. Begitu juga denganmu. Kita selalu tidak sependapat. Kamu tahu hal […]