Astuti Sajak. Tuti, anak Enrekang yang khas dengan tahi lalat di pipi sebelah kirinya, berkuliah di Makassar. Banyak kenangan absurd bersama anak ini. Kenal tuti sudah lama, sejak tahun 4 tahun yang lalu, dia salah satu teman kuliah. Tapi di awal tahun, “keaslian” Tuti masih tertutupi, segala sikapnya menunjukkan dia tidak berbeda dari teman yang lain. Dia baik, plegmatis, lembut, kalem. Dua tahun kemudian, setelah mulai mengenal lebih dekat. Ditemukanlah “jiwa” asli dari diri Tuti. Absurd, sanguine, cerewet, iseng, lucu. Ada saja tingkah lakunya selalu membuat kami tertawa. Berbicara saja sudah lucu, dengan logatnya yang “Enrekang” banget, dia berhasil meninggalkan berbagai jejak yang kurindukan.
Enrekang, merupakan suatu kabupaten di Sulawesi selatan, terletak sebelum toraja jika kita start dari Makassar. Butuh waktu kurang lebih 4-5 jam dengan melewati berbagai jalan “ular” yang sedikit mengerikan. Kabupaten Enrekang + 85 % dari seluruh luas wilayah dikelilingi oleh gunung dan bukit. Sesuai namanya, Enrekang dalam bahasa Bugis berarti daerah pegunungan..
Salah satu yang khas dari enrekang adalah logat yang berbeda. Ketika berada di Asrama Enrekang, yang saya rasakan adalah berada di Planet lain. Percakapan mereka tidak dapat ku pahami, pun tidak dapat kutranslate dengan bantuan google. Logatnya khas. Salah satu yang khas adalah dalam pengucapan huruf ‘e’. Apapun katanya, semua yang terdapat unsur huruf ‘e’ ini disebut dengan penyebutan ‘e’ taling, seperti penyebutan dalam kata ‘ember’ atau ‘bebek’. Mereka sepertinya tidak mengenal ‘e’ pepet, penyebutan huruf ‘e’ seperti dalam kata ‘emas’ atau ‘elang’.
Saya jadi teringat, suatu ketika, si Tuti ini mengajakku untuk mengikuti agenda HUT Masserempulu, ada gerak jalan santai. “Siapa tahu dapat doorprize” begitulah katanya. Minggu pagi itu, saya menjemputnya di asrama dan segera meluncur ke lapangan karebosi yang terletak di tengah kota Makassar. Tapi, karena suatu dan lain hal, kami terlambat tiba di Karebosi. Setibanya di sana, Matahari mulai tinggi, saya pun berasumsi, acara mungkin sudah berakhir.
Kami pun memasuki lapangan yang luas itu. Berhenti sejenak, mengamati lapangan. Dari tiga sisi yang berbeda, terdapat tiga kelompok yang melakukan hal yang sama. Gerak Jalan Santai. Yang membedakan mereka adalah seragamnya. Di sebelah utara, gerombolan peserta gerak jalan memakai seragam warna jingga, di sebelah timur berwarna putih, dan di sebelah barat berwarna ungu.
“Tuti, yang mana acaranya Enrekang ini tuti?” melihat jarak ketiganya saling berjauhan, sayang jika harus membuang seluruh energy tubuh untuk mendatangi ketiganya
“Ndak saya tau juga nu. Coba saja kita jalan dekati dulu.” Kami pun jalan ke tengah, mendekatkan diri untuk melihat lebih jelas. Suara mulai terdengar ramai, masing-masing berlomba-lomba menunjukkan acara siapa yang paling seru.
Beberapa saat kemudian,
“Tutii,, sepertinya yang warna ungu deh . “
“Loh kok tahu Nu?”
“Diem dulu, denger baik-baik MC –nya bicara “
Hening sejenak, kemudian terdengarlah suara MC dari kawanan berbaju ungu.
“Yah.. pegang tiket doorprize kalian, akan diundi lagi 2 tiket berhadiah TE-VE dan DE-VE-DE ..”
Haha.
Ketika pengucapan huruf ‘e’taling menjadi tanda. Semuanya dengan mudah ditemukan.
Hari ini, 27 July, adalah hari kelahirannya, 2 tahun terakhir saya dan beberapa teman kampus berhasil memberikan surprise untuknya. Tapi tahun ini, kami tidak sekota lagi, dia lagi dipingit menunggu waktu berbahagia mengakhiri masa remaja dan bergabung di masa yang disebut sebagai ‘Ibu’.
Dua tahun yang lalu, di hari yang sama, ketika sedang mengikuti KKN-Profesi, Tuti merupakan salah satu teman KKN, bersama sahabat yang lainnya, Mia,Widy, Fince, Jannah, Nona,dan Wasti. Kami mau ingin membuat surprise yang ‘romantis nan ekonomis’ untuk Tuti. Ditengah keterbatasan kami, akhirnya ide menuliskan nama dari lilin pun muncul.
Malam itu, tepat jam 12 malam, tuti yang sekamar dengan widy dan mia sudah terlelap. Saya, Fince, Jannah, dan Wasti sibuk dalam diam merencanakan semuanya. Mulai dari mempersiapkan cake ala kami, tumpukan roti dengan hiasan coklat choki-choki dan mencari banyak lilin. Karena keterbatasan ruang gerak. Susah mencari lilin untuk kue ulang tahun, Alhasil lilin yang kami temukan adalah lilin merah untuk dupa. Dengan gesit, semua kami kerjakan dalam keheningan. Menjaga suasana agar tuti tidak terbangun.
Lilin sudah dinyalakan, kami sudah bersembunyi dibalik pintu, giliran widi yang bergerak. Membangunkan tuti untuk menemaninya ke WC. Berhasil. Tuti pun bangun.
Krek. Pintupun terbuka…
“Widii.. Apa itu? kenapa ada lilin? Ada dukun santetkah disini?”
“SURRPRISEE!! HAPPY BIRTHDAAY TUTI”
Kami pun keluar dari persembunyian. Memberikan pelukan hangat persahabatan. Berhasil membuat tuti menangis terharu, meskipun hal yang romantis dilihat horror mengerikan di matanya.
Itu dua tahun yang lalu, satu tahun yang lalu. Tuti berulang tahun di bulan Ramadhan, seperti hari ini, kami masih berpuasa . Tahun lalu, masih dalam kota yang sama. Saya memberikan surprise yang kedua kalinya. Kali ini bersama sahabat dekat, Wawan.
Malam itu, kebetulan wawan dirumah sedang membuat kue samosa, kue arab jualan kami. Sementara buat adonan kulit. Lagi-lagi, ide kreatif pun muncul, kami pun membuat kue dari adonan samosa dengan membentuk huruf “HB 2TI” .
Menjelang sahur, kami segera ke asramanya tuti, saat itu dia sedang masak, dari belakang, wawan muncul secara tiba-tiba dan berhasil membuatnya berteriak yang dapat memecahkan gelas..
Kaget, Haru, Shock tergambar jelas di wajahnya. Kali ini Tuti mengira kami adalah seorang pencuri.
Cukup sederhana, tapi aura-aura bahagia dimana-mana.
Tidak ada kue cake, tapi kue buatan kami yang dibuat penuh cinta.
Dan hari itu, Kami sahur bertiga di asramanya tuti .
Well, tahun ini , sepertinya tidak bisa memberikan surprise-surprise untuknya. Masih banyak cerita yang membekas dalam kenangan. Memori yang masih terekam jelas dalam otak. Berenang bareng, belanja bareng, hunting baju bareng, makan Mcflurry bareng , jalan-jalan ke sidrap, berkelana tanpa arah di Bone, nonton film horror, belajar masak, bagi-bagi salak, rebutan bawang merahnya tuti sama wawan, belajar ice skating, celetuk-celetuknya yang selalu okkots (salah), penelitian padi-padian, objek “bully“-an paling asyik, tempat nitip motor, dan masih banyak cerita yang ingin diulangi kembali. Mengenang segala ke-absurd-an nya cukup dapat membuat ku tertawa sendiri. Bahagia juga punya temen aneh sepertimu Tuti, Haha..
Met milad Tuti, Barakallah fi umurik, semakin berkurang umur dibumi, semoga, semoga, semoga yang terbaik untukmu. Semoga pernikahan dengan si Abang, berjalan lancar jaya,, Amin ..
HAPPY BIRTHDAY :’)