Sedang tidak ada janji, setelah tiga hari kemarin silih berganti undangan berbuka puasa, sore itu saya memilih merapikan rak buku yang sudah mulai berdebu. Tujuan sebenarnya ingin mencari satu buku yang lama tidak kulihat dalam kamar. Buku pun dibongkar, saya atur kembali berdasarkan jenisnya : novel, islami, bisnis, dan lain-lain. “Mitos dan Fakta Kesehatan 1” dari Erikar Lebang, buku ini belum selesai saya baca, dan tiba-tiba saja tidak ada dalam dua rak yang bersusun itu. Terkadang saya gemas sendiri, lupa akan peminjam buku terakhir, lupa buku itu dipinjam atau tidak. Dipinjam? Oleh siapa? Teman sekampus S1 dulu? Teman kampus saat ini? Teman komunitas A? Teman komunitas B? Teman SMA? Teman sekampung? Atau temannya teman? Entahlah. Mungkin mulai saat ini, saya harus pelit dalam urusan pinjam meminjam buku.
Buku bersusun saya keluarkan dari rak, tiba-tiba sebuah kertas terjatuh. Buku saya simpan, dan melihat kertas itu. Sebuah surat. Hey! Kapan terakhir saya menerima surat secara nyata? Kecanggihan teknologi sudah membuat kita lupa rasanya memegang kertas surat. Ada email.
Surat dari adik bungsu, Uud. Surat ini ditulis ketika Uud masih awal sekolah. Entah TK, kelas 1 atau 2 SD. Tapi dari tulisannya saya menebak dia kelas 1 SD. Tanggal dan waktu tidak ada. Tapi huruf yang tertulis terbalik-balik, huruf “J” dan “Y” misalnya. Surat pun ditulis di kertas buku yang bergaris tiga. Seingat saya, buku bergaris tiga digunakan untuk belajar tulisan bersambung secara rapi. Oke, sepertinya ini ketika Uud kelas 1 SD di Sekolah Indonesia Riyadh, Saudi Arabia.
Lupakan urusan buku dan raknya, saya merapikan duduk. Membaca sambil tertawa bahagia.
“Halo ka marwa ini uud
Uud kangen 1.000.000
Uud rajid tarawe dikberi
Kata paiderus kalau ga tarawe nanti dibotakin kaya baba
Ka nunu dan ka tauviq harus tarawe
Biar ga dibotakin ya
Uud banyak kaset ada 100000000$
Uda ah uud capet tulis
Uud mau main the sims pets
Dada.. “
Saya tersenyum, dari tulisan ini saya membayangkan Uud kecil sudah merasa kangen, apa lagi saya dik !.
Rasa kangen yang dia tulis dengan angka 1.000.000. Mungkin itu maksudnya dia sangat merindukan kami, saya dan kak Taufiq. Saya jadi teringat ketika dia pertama kali ke Indonesia, umurnya sudah 5 tahun. Ketika tiba di bandara, spontan saya teriak dan langsung memeluknya. Dia tampak bingung, dan segera bertanya kepada Ummi, “Mi, ini siapa? Tantenya Uud?” . Jess, mata saya berkaca-kaca, dengan segera saya memperkenalkan diri. Nasib anak rantauan yang jauh dari keluarga. Wajar saja dia tidak ingat. Ketika saya meninggalkan kota Riyadh di tahun 2005, dia masih berumur 3 tahun. “Ud! Saya kakakmu dik !”
Foto Uud berumur 3 tahun (2005).
Saya membaca ulang surat ini. Dia menulisnya ketika Bulan Ramadhan,entah Ramadhan ke berapa, karena yang dia bahas adalah Sholat Tarwih. Saya pun mengingat suasana tarwih di Kota Riyadh. Kami selalu tarwih di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Imam dan makmumnya orang Indonesia, kue yang disuguhkan setelah tarwih pun kue khas Indonesia : pastel, bolu, kue sus, dan sebagainya. Setelah tarwih bocah-bocah akan mengerumuni imam dan penceramah –menandatangi amaliah Ramadhan- lalu berlarian bermain benteng atau polisi maling. Ibu-ibu bergosip tempat belanjaan yang sedang diskon besar-besaran. Terkadang setelah tarwih kami pergi berrombongan untuk berbelanja di pertokoan hingga pukul 2 dini hari. Di Riyadh memang seperti itu, lebih hidup di malam hari. Pak Idrus, adalah guru agama di Sekolah Indonesia Riyadh. Dia juga mengajar saya ketika masih bersekolah sampai kelas 1 SMA. Sepertinya Uud sudah di peringati oleh Pak Idrus perihal sholat tarwih.
“Uud ada kaset 1000000000$”
Jujur, saya benar-benar tidak mengerti bagian ini. Uud seorang gamers sejak kecil. Mungkin yang dimaksud adalah games PS atau PC. Umurnya masih sekitar 5 dan 6 tahun dan mainannya sudah The Sims. Wajar saja ide dan kreasi bangunannya di segala permainan “bikin-bikin gedung “ membuat saya terpukau. Terkadang tidak percaya kalau itu desain dari dia. Imajinasinya sudah tinggi.
Saya membalikkan surat. Ternyata masih ada uang 1 Riyal yang terlipat dengan rapi.
“ Uangnya 2 Riyal, 1 Riyal untuk kak Taufiq dan 1 Riyal untuk kak marwah, dari Uud”
Terima kasih Uud 🙂
uud….sy suka nu…msh ad g surat dari uud blm dbaca???
ahh kak ekaaa.. iyaa masih ada.. kalo surat yang kedua nanti ini agak menyedihkan ceritanya 🙁 nanti sya tulis lagi hehe
Ahh uud :))
Ooowww… so sweet uud…
Jdi melow bacanya nuuu….
Kangen uud juga nih…
Meskipun hanya ketemunya sekali sih…
Hheee
1.000.000 like buat cerita ini.. #edisi ala uud..
Hahahhaa
hahah iyaaa kaRitaa… oh iya cuman skali ya? pas sy ajakin ikut kuliah neuro yah. hahah 😀
Nunu ajakin Uud ke sini dong. 😀
saya yang mau kesanaa bebbs :”(
nu’..kayakx uud banyak fansnya sekarang..jadi penasaran apa respondnya uud klo dia tau banyak yg nitip salam sama dia.. 😀
hahaha iyaa kak acill… tapi kalau sudah ku kasih kenal semua teman-temanku, narasami teman-temannya juga..
jadi pernah waktu pulang ke arab, na sms semua temanku pamitan pulang. Hahaha
Pingback: Perempuan Arab yang Tak Berketurunan Arab. |