Rumah panggung dari kayu berdiri berdampingan. Kayu-kayu , tripleks, dan seng bersatu padu. Di sebuah gazebo dengan kayu rapuh anak-anak ramai sedang bermain, mereka bermain sekolah-sekolahan. Hey, ini masih dalam kota Makassar Bung !
Matahari tepat diatas kepala, adzan Dzuhur mulai terdengar. Setelah tersesat kemarin, akhirnya saya tiba di Jalan Sultan Abdullah I, Kecamatan Tallo. Salah seorang teman dari gerakan Berbagi Nasi Makassar yang merekomendasikan atas tempat ini. Kali ini Dompet Dhuafa dengan programnya #THK (Tebar Hewan Kurban) akan berkolaborasi dengan mereka yang tergabung dalam Berbagi Nasi dalam agenda #Berbagidaging. Mereka akan membantu dalam penyaluran daging kurban. Terima kasih @BerbagiNasiMks, Kalian Hebat!
Sehari sebelum Hari Raya Idul Adha, saya kembali menemui Ibu Hukma selaku Ibu RT 2 RW C Kecamatan Tallo. Ini kedua kalinya saya datang, selain untuk mengingat jalan masuk ke daerah ini, saya dan Mita –teman dari Berbagi Nasi- akan membagikan kupon daging untuk 63 calon penerima daging kurban.
Seperti berada di daerah lain, ikon Makassar yang dikenal sebagai kota ruko sirna. Rumah – rumah kayu berjejer rapi sepanjang pesisir utara Kota Makassar. Agak miris, di pinggiran laut tersebut sampah-sampah plastic berserakan, terlihat juga satu jamban yang sepertinya menjadi jamban umum milik bersama.
Rumah-rumah padat, dihubungkan oleh jembatan kayu sempit yang hanya cukup dilewati satu orang. Jembatan kayu tersebut menghubungkan satu rumah dengan rumah yang lainnya. Musim kemarau ini, air laut surut, jika musim hujan tiba, air bisa setinggi sekira satu meter setara jembatan kayu ini.
Satu persatu rumah didatangi. M emberikan kupon dan memastikan daging-daging kurban tersebut tersalurkan kepada orang-orang yang layak.
“Orang-orang sini bekerjanya jadi buruh lepas, buruh harian di gudang belakang. Alhamdulillah, kami sangat bersyukur ada satu sapi di daerah ini. Kalau buka karena kita’, mungkin tahun ini kami tidak akan makan daging lagi. ” Sembari berjalan menuju rumah-rumah warganya, Ibu Hukma menjelaskan.
***
Suara takbiran masih menggema disetiap mesjid. Hari Raya Idul Adha diperingati oleh seluruh umat Muslim. Di berbagai tempat terlihat sapi yang siap di sembelih. Seperti sedang berlomba, perumahan –perumahan di Kota Makassar mengumpulkan beragam jumlah sapi. Ada yang 10 sapi, hingga lebih 20 sapi. Suatu kesyukuran warga kota Makassar banyak yang menyisihkan rezekinya untuk berkurban.
Lepas sholat Dzuhur saya tiba di Tallo yang merupakan salah satu area dari 13 kabupaten sebaran hewan kurban Dompet Dhuafa. Selain Kota Makassar ini, hewan kurban disebar ke Maros, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bone, Soppeng, Bantaeng, Bulukumba, Selayar, dan Polewali Mandar.
Ibu Hukma sudah siap dengan para panitia penyembelih sapi. Anak-anak kecil ramai mengelilingi sapi. “Sapi jangan nangis yah..” seorang bocah celetuk lucu disampingku. Seolah sapi mengerti bahasa kami. Sapi ini merupakan kurban dari keluarga Hendrawan Bin Nusron. Setelah membaca doa, H. Baba pun mulai beraksi.
Sambil menunggu proses menguliti, memotong, menimbang dan membungkus daging-daging tersebut, saya berbicara dengan beberapa warga penerima daging.
Daeng Mantang, seorang nenek tua yang pekerjaannya sebagai buruh lepas di gudang atau tukang cuci pakaian. Daeng darwis, seorang kepala rumah tangga yang juga berprofesi sebagai buruh lepas harian di sebuah gudang atau pabrik. Terkadang Daeng Darwis ini bekerja di pembuatan perahu, kulit tangannya sudah terkelupas akibat cairan kimia. Istrinya pun sebagai buruh di sebuah gudang, ia bagian pengupas kulit udang. Penerima manfaat lainnya adalah Nenek Itti, seorang nenek bersama suaminya yang berprofesi sebagai pembersih masjid. Kondisi tubuh nenek Itti tidak sebugar masa mudanya. Jika berjalan harus menggunakan tongkat, kakinya lumpuh. Pekerjaannya beragam, tapi mereka tetap semangat mencari rezeki dengan cara halal.
Bungkusan daging sudah siap. Para pemegang kupon berbaris rapi. Satu persatu daging dibagikan, mereka pulang dengan sekantong daging dan senyum merekah. Rasa kebahagiaan terpancar menularkan.
“Terima kasih dik, terima kasih telah menyalurkan kurban di daerah kami. Insya Allah berkah ” Kalimat yang sama terlontar dari mulut setiap penerima daging kurban.
Kurban adalah petanda cinta, cinta kepada sang Khalik dan cinta kepada sesama.
Selamat Hari Raya Idul Adha !